Diagnosis dan Tata Laksana Varikokel |
Author : Nicholas Andrian Singgih |
Abstract | Full Text |
Abstract :Varikokel merupakan dilatasi abnormal dan pembesaran sistem vena pleksus pampiniformis dan vena testis dengan refluks darah vena secara terus-menerus ataupun intermiten. Modalitas pencitraan dapat digunakan untuk konfirmasi diagnosis varikokel. Varikokel merupakan salah satu penyebab infertilitas pada laki-laki. Tata laksana yang tepat akan meningkatkan parameter semen. Varikokelektomi dengan teknik bedah mikroefektif dengan tingkat rekurensi dan komplikasi yang rendah. |
|
Pengaruh Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) terhadap Fungsi Kognitif |
Author : Vidya Gani Wijaya, Budi Riyanto Wreksoatmodjo |
Abstract | Full Text |
Abstract :Pasien COVID-19 memiliki gejala bervariasi. Saat ini, selain ditemukan gejala pada sistem pernapasan dan pencernaan, gejala di sistem organ lain pun mulai banyak ditemukan, salah satunya pada sistem saraf dengan gejala neurologis yang bervariasi seperti anosmia (sering), stroke, nyeri kepala, kejang, dan penurunan fungsi kognitif. Tata laksana pasien dengan penurunan fungsi kognitif masih diteliti. Beberapa pilihan terapi di antaranya human recombinant erythropoietin, flavonoid, dan terapi imun (IVIg) yang masih kontroversial. |
|
Erupsi Akneiformis dan Striae Distensiae setelah Terapi Kortikosteroid Sistemik untuk Nefritis Purpura Henoch-Schonlein |
Author : Dedianto Hidajat, Yudhi Kurniawan |
Abstract | Full Text |
Abstract :Latar belakang: Terapi kortikosteroid sistemik jangka lama dan dosis tinggi pada purpura Henoch-Schonlein (PHS) dengan keterlibatan ginjal dapat menimbulkan berbagai efek samping, salah satunya efek dematologik. Kasus: Anak berusia 14 tahun dengan nefritis PHS mengalami erupsi akneiform/EA dan striae distensae/SD akibat pemberian kortikosteroid sistemik jangka panjang terkait pengobatan penyakitnya. Penatalaksanaan dengan doxycycline dan vitamin D3. Terapi topikal berupa perawatan wajah, pemberian kombinasi benzoyl peroxide 5% dan clindamycin 1,2% pada area lesi di wajah dan dada, dan krim pelembap serta krim tretinoin 0,1% untuk lesi striae. Simpulan: Efek samping kortikosteroid sistemik pada kulit seperti EA dan SD merupakan masalah tersendiri; penghentian obat yang dicurigai merupakan pilihan utama. |
|
Profil Penderita Morbus Hansen di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Bali Mandara Januari 2018-Desember 2020 |
Author : Felicia Aviana, I Made Birawan, Ni Nyoman Ayu Sutrini |
Abstract | Full Text |
Abstract :Morbus Hansen (MH) merupakan salah satu penyakit terabaikan dan masih sering dijumpai di negara tropis dan subtropis, termasuk di Indonesia yang menduduki peringkat ketiga di dunia. Penelitian deskriptif retrospektif dilakukan untuk mengetahui profil penderita MH di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Bali Mandara periode Januari 2018-Desember 2020. Didapatkan 55 penderita MH dengan 492 (1,6%) kunjungan dari 30587 total kunjungan; terdiri dari 39 (71%) laki-laki dan 16 (29%) perempuan, terbanyak dari kelompok usia 25-44 tahun (45,5%). Berdasarkan tipe MH, didapatkan tipe multibasiler (MB) sebesar 92,7%. Berdasarkan reaksi MH, didapatkan 14,5% pasien dengan reaksi erythema nodosum leprosum (ENL), tidak didapatkan pasien reaksi reversal. Mayoritas penderita MH di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Bali Mandara periode Januari 2018-Desember 2020 adalah laki-laki, kelompok usia 25-44 tahun, tipe multibasiler dengan reaksi erythema nodosum leprosum (ENL).
Morbus Hansen (MH) still becomes one of the neglected tropical diseases, including in Indonesia where the prevalence ranks third in the world. This retrospective descriptive study was conducted to describe the profile of MH patients at the Dernatovenerology Clinic, Bali Mandara General Hospital. There were 55 MH patients with 492 (1,6%) visits from 30587 total visits during January 2018-December 2020. This 55 MH patients consisted of 39 (71%) males dan 16 (29%) females, the dominant age group was 25-44 year-old (45,5%). Based on the type of MH, 92,7% were Multibacillary (MB) type reaction and 14,5% were erythema nodosum leprosum (ENL) reaction. The majority of MH patients at the Dermatovenerology Clinic, Bali Mandara General Hospital, were male, 25-44 year-old, multibacillary type with erythema nodosum leprosum |
|
Cutaneous Mucormycosis |
Author : Erlinda Karyadi, Leoni Agnes |
Abstract | Full Text |
Abstract :Cutaneous mucormycosis is an emerging fungal infection caused by opportunistic fungi from phylum Glomeromycota. This disease is frequently found in poorly controlled diabetic patients and immunosuppressed individuals. It is usually acquired by direct inoculation through trauma. The clinical presentation is nonspecific indurated plaque rapidly evolves to necrosis. Diagnosis should be confirmed by demonstration of the etiological agent and molecular tests. First-line therapy is amphotericin B combined with surgery; second line treatment include posaconazole and isavuconazole.
Cutaneous mucormycosis adalah infeksi jamur oportunistik dari filum Glomerycota. Penyakit ini sering dijumpai pada pasien diabetes tidak terkontrol serta pada pasien imunosupresi. Penyebaran penyakit ini umumnya inokulasi langsung melalui trauma. Gambaran klinis berupa plak berindurasi nonspesifik yang berkembang cepat menjadi nekrosis. Diagnosis melalui pemeriksaan kultur dan sejumlah tes molekular. Terapi lini pertama yaitu amphotericin B dengan pembedahan, lini kedua dapat menggunakan posaconazole dan isavuconazole. |
|
Mukormikosis Rino-Orbito-Serebral pada Diabetes Melitus |
Author : Aivi Mujono, Elizabeth Feloni Lukito, Meiliyana Wijaya |
Abstract | Full Text |
Abstract :Mukormikosis rino-orbito-serebral (ROS) adalah penyakit angioinvasif akibat infeksi jamur Mucorales yang sering ditemukan pada pasien diabetes melitus (DM). Penyakit ini memiliki gambaran khas jaringan nekrotik kehitaman disebut eschar, sehingga disebut juga infeksi “jamur hitam”. Tingkat mortalitas penyakit ini tinggi terutama jika diagnosis dan tata laksana terlambat. Patogenesis mukormikosis ROS pada pasien DM antara lain: interaksi reseptor sel epitel dengan protein jamur, kadar besi bebas dalam darah, dan penurunan imunitas seluler. Diagnosis berdasarkan gambaran klinis dengan faktor risiko, identifikasi jamur, dan pencitraan. Pemeriksaan histopatologis dari jaringan biopsi dapat dikonfirmasi dengan hasil kultur. Tata laksana mukormikosis ROS pada penderita DM meliputi kombinasi debridemen, pemberian antijamur, dan mengatasi kondisi hiperglikemia. |
|
Hipotiroid Kongenital dan Hypertrophic Pyloric Stenosis: Pemantauan Selama 3 Bulan |
Author : Lanny Christine Gultom, Valensia Vivian The |
Abstract | Full Text |
Abstract :Angka kejadian hipotiroid kongenital (HK) berkisar 1 : 2000-4000 bayi. Deteksi dan tata laksana dini diperlukan agar fungsi neurologi dan perkembangan pasien optimal. Salah satu penyebab muntah berulang pada bayi adalah hypertrophic pyloric stenosis (HPS). Deteksi dan tata laksana HPS penting karena HPS dapat menyebabkan gagal tumbuh hingga gizi buruk yang berdampak pada IQ. Kasus: Bayi usia 2 bulan tanpa skrining hipotiroid kongenital, masuk ke rumah sakit dengan gejala khas hipotiroid kongenital, yaitu ubun-ubun terbuka, wajah tampak kasar, makroglosia, kulit kering dan dingin, gagal tumbuh, dan hernia umbilikalis. Selain gejala HK, bayi juga memiliki keluhan muntah berulang yang kemudian didiagnosis HPS. Terapi medikamentosa yang tepat dengan levothyroxine, tindakan pembedahan, dan nutrisi yang adekuat harus diberikan agar tumbuh kembang optimal. |
|
Vitamin D dan COVID-19: Tinjauan Literatur |
Author : Niluh Ayu Sri Saraswati, Devinqa Adhimah Amanda, Henry Wijaya |
Abstract | Full Text |
Abstract :Pendahuluan: Penyakit coronavirus (COVID-19) merupakan penyakit infeksi yang dideklarasikan WHO sebagai kasus gawat darurat kesehatan di dunia. Vitamin D diketahui memegang peranan dalam regulasi sistem imun baik pada penyakit infeksi maupun penyakit autoimun, sehingga
vitamin D dapat bermanfaat pada tata laksana COVID-19. Metode: Tinjauan literatur COVID-19 dan kaitannya dengan vitamin D; sumber data dari Google Cendekia, PubMed, dan WHO. Hasil: Vitamin D berperan mengendalikan sistem sel imun seperti makrofag, limfosit, neutrofil, dan sel dendritik. Selain itu, mekanisme kerja innate dan adaptive immune system diperantarai oleh vitamin D, menghasilkan eseimbangan respons imun untuk meningkatkan respons anti-inflamasi. Simpulan: Vitamin D berkaitan dengan infeksi COVID-19 (dapat mengurangi risiko infeksi, mencegah perkembangan infeksi, dapat menurunkan tingkat keparahan, dan meringankan komplikasi badai sitokin; dengan demikian, dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat infeksi COVID-19. |
|
Potensi Candesartan dalam Terapi COVID-19 |
Author : Amelia Handoko, Gembong Satria Mahardhika, Haidar Zain |
Abstract | Full Text |
Abstract :Coronavirus disease 2019 (COVID-19) akibat severe acute respiratory syndrome coronavirus 2019 (SARS-CoV-2) menyebabkan kerusakan paru dan mortalitas bagi penderitanya. Di awal pandemi COVID-19, penggunaan obat antihipertensi RAS blocker diduga berperan dalam keluaran yang kurang baik pada pasien COVID-19 dengan hipertensi karena secara teoritis akan meningkatkan ekspresi ACE2 dan memperbanyak jalan masuk virus ke dalam organ. Beberapa penelitian terkini menyatakan sebaliknya. Studi preliminary menunjukkan penurunan mortalitas dan luaran kritis pasien dengan terapi ARB. Candesartan dalam studi in-vitro dapat mengurangi badai sitokin pada COVID-19 dan berpotensi mengurangi efek destruktif lain dari infeksi SARS-CoV-2. Candesartan dapat menekan inflamasi berlebih dan mengurangi stres oksidatif, sehingga berpotensi bermanfaat dalam terapi infeksi akut SARS-CoV-2. Candesartan juga bermanfaat mengurangi komplikasi jangka panjang, bermanfaat untuk fungsi paru dan organ-organ lainnya. |
|
Pengukuran Diameter Selubung Nervus Optikus (Optic Nerve Sheath Diameter) Berbasis Ultrasonografi: Metode Pemantauan Tekanan Intrakranial Non-invasif Selanjutnya? |
Author : Andy Santoso Hioe |
Abstract | Full Text |
Abstract :Pemantauan tekanan intrakranial dibutuhkan sebagai upaya untuk menghindari kerusakan otak sekunder. Pemeriksaan baku emas untuk pemantauan ini masih bersifat invasif dan meningkatkan risiko infeksi dan perdarahan. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan non-invasif yang dapat menggambarkan tekanan intrakranial secara kontinu. Salah satu pemeriksaan tersebut adalah pengukuran diameter selubung nervus optikus berbasis ultrasonografi. Pemeriksaan ini telah terbukti mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang baik dan berkorelasi baik dengan tekanan intrakranial. Pemeriksaan ini juga murah, aman, cepat, dan dapat diulang. |
|
Sistem Skoring Foto X-Ray Toraks untuk Menentukan Tingkat Keparahan Pneumonia COVID-19 |
Author : Oktavinayu Sari Latif |
Abstract | Full Text |
Abstract :CT (computerized tomography) scan memiliki sensitivitas dan spesifisitas paling baik dalam penegakan diagnosis ataupun prognosis pasien COVID-19. Namun, ketersediaan CT scan masih terbatas di Indonesia; foto x-ray toraks masih merupakan pilihan utama karena ketersediaannya yang lebih mudah serta hasil yang cepat. Beberapa sistem skoring menggunakan foto x-ray toraks mulai banyak diteliti dan dikembangkan, di antaranya Brixia score, simplified RALE score, dan lung zone severity score. Sistem skoring yang saat ini sedang berkembang dapat digunakan untuk menentukan prognosis pasien pneumonia COVID-19. |
|