Vitamin D untuk Memperbaiki Sindrom Kelelahan Kronis (Chronic Fatigue Syndrome) pada Populasi Dewasa | Author : Arcita Hanjani, Amalia R. Fathinita, Aulia Rizka | Abstract | Full Text | Abstract :Latar Belakang: Ada asumsi bahwa sindrom kelelahan kronis atau chronic fatigue syndrome (CFS) dikaitkan dengan defisiensi vitamin D. Tujuan: Mencari landasan ilmiah berbasis bukti untuk edukasi serta rekomendasi suplementasi vitamin D untuk memperbaiki kondisi CFS. Metode: Penelusuran database PubMed, Cochrane, OVID, dan Science Direct untuk mencari dan menyaring studi randomized controlled trial (RCT) atau studi longitudinal. Artikel sesuai kriteria inklusi dan eksklusi akan dianalisis lebih lanjut. Hasil: Dari 675 artikel yang disaring, didapatkan 2 studi RCT dan 1 case-control study untuk analisis akhir. Studi RCT Wepner, et al, mendapatkan vitamin D3 2.400 IU/minggu atau 1.200 IU tidak mengurangi rasa nyeri pasien CFS. Studi RCT Witham, et al, menyimpulkan bahwa suplementasi vitamin D3 100.000 IU setiap 2 bulan selama 6 bulan tidak signifikan memperbaiki petanda fungsi vaskular ataupun perbaikan kelelahan pada partisipan CFS (95% CI 0,8 - 1,2; p=0,73). Sedangkan studi case-control Aldaoseri, et al, menunjukkan bahwa kombinasi suplementasi vitamin D dengan antidepresan pada minggu ke-4, 8, dan 12 memperbaiki kelelahan secara signifikan. Simpulan: Dua studi intervensi kualitas sedang dari Witham, dkk. dan Wepner, dkk. menyimpulkan suplementasi vitamin D tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap CFS, yang mungkin disebabkan bias karena kadar serum 25 OHD yang cukup bervariasi. Satu studi observasional kualitas sedang menyimpulkan bahwa suplementasi vitamin D memperbaiki kelelahan pada kelompok CFS dengan defisiensi vitamin D. Pemberian vitamin D pada kondisi CFS masih kontroversial dan dapat dipertimbangkan jika ada defisiensi vitamin D. Dibutuhkan studi klinis lanjutan dengan power yang cukup. |
| Peran Suplementasi Vitamin D sebagai Terapi Tambahan pada Neuropati Diabetik: Sebuah Telaah Literatur | Author : Vincent Ongko Wijaya, Rizaldy Taslim Pinzon, Dessy Paramitha | Abstract | Full Text | Abstract :Pendahuluan.Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi diabetes melitus dengan prevalensi hingga 50%. Penelitian terdahulu telah menunjukkan hubungan antara vitamin D terhadap regenerasi akson dan mielinisasi saraf. Beberapa studi juga telah melaporkan potensi suplementasi vitamin D sebagai terapi neuropati diabetik. Telaah literatur ini bertujuan untuk mengidentifikasi efek suplementasi vitamin D terhadap neuropati diabetik. Metode. Pencarian literatur dilakukan di PubMed dengan mengikuti pedoman PRISMA. Artikel dipilih berdasarkan kata kunci yang tersedia, proses skrining abstrak dan ekstraksi data sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Setiap studi yang terpilih akan ditabulasi dan dinilai kualitasnya menggunakan rating OCEBM. Hasil. Pencarian literatur mendapatkan 4 studi prospektif suplementasi vitamin D sebagai terapi neuropati diabetik dengan total 375 pasien. Hasil analisis sistematis menunjukkan bahwa pada semua studi terdapat perbaikan signifikan luaran klinis (nyeri, pemeriksaan fisik) pada pasien neuropati diabetik di akhir studi. Selain itu, didapati pula perbaikan parameter laboratorium berupa peningkatan kadar vitamin D dan penurunan nilai HbA1c di akhir masa studi dibandingkan dengan awal terapi.
Simpulan. Suplementasi vitamin D sebagai terapi tambahan pada pasien neuropati diabetik bermanfaat memperbaiki tingkat nyeri dan luaran klinis lainnya termasuk parameter laboratorium. |
| Vitamin D sebagai Terapi Adjuvan Pasien Rinitis Alergi dengan Imunoterapi: Laporan Kasus Berbasis Bukti | Author : Ayu Novianti Kurniasih, Fitri Nur Dini, Didin Komaruddin | Abstract | Full Text | Abstract :Imunoterapi alergen (allergen immunotherapy/AIT) adalah pilihan terapi yang terbukti efektif untuk rinitis alergi baik melalui rute sublingual (SLIT) maupun subkutan (SCIT). AIT dalam jangka panjang dapat menurunkan kadar IgE secara signifikan pada pasien rinitis alergi berat; tetapi efektivitas terapi dapat berkurang setelah AIT dihentikan. Terapi vitamin D dipercaya dapat meningkatkan efektivitas AIT. Studi bertujuan menilai efektivitas suplementasi vitamin D3 pada pasien rinitis alergi yang menjalani imunoterapi ditinjau dari kadar IgE. Penelitian menggunakan metode literature review terkait ilustrasi kasus. Pencarian artikel melalui Pubmed dengan kata kunci terkait dan dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Dari hasil penyaringan didapatkan dua studi yang sesuai kriteria, yaitu studi oleh Yu, et al, dan oleh Maghraby, et al. Pada kedua studi terdapat penurunan signifikan kadar IgE pada kelompok yang menjalani AIT dengan suplementasi vitamin D dibandingkan kelompok tanpa suplementasi vitamin D. Vitamin D terbukti meningkatkan efektivitas imunoterapi pada pasien rinitis alergi. |
| Efek Suplementasi Vitamin D terhadap Perbaikan Klinis dan Laboratorium Pasien Penyakit Hati Kronik | Author : Marlina Dewiastuti, Ryan Herardi | Abstract | Full Text | Abstract :Sekitar 844 juta penduduk dunia menderita penyakit hati kronik yang dapat berkembang menjadi sirosis hati. Komplikasi penyakit hati kronik adalah keadaan malnutrisi dan defisiensi antara lain defisiensi vitamin D. Vitamin D merupakan vitamin larut dalam lemak yang disintesis di hati, sehingga penyakit hati berkaitan dengan defisiensi vitamin D, padahal vitamin D memiliki peran dalam pencegahan progresivitas penyakit hati. Beberapa penelitian mencoba suplementasi vitamin D untuk perbaikan klinis dan laboratorium, serta mengurangi risiko kematian akibat penyakit hati. Telaah sistematis laporan kasus berbasis bukti ini tidak mendapatkan perbedaan hasil klinis antara suplementasi vitamin D dan plasebo, namun tidak ada efek samping serius pada suplementasi vitamin D. EASL menyarankan pemeriksaan kadar vitamin D dan suplementasi pada pasien dengan defisiensi vitamin D. |
| Patomekanisme dan Manifestasi Infeksi COVID-19 pada Kulit | Author : Oktatika Pratiwi Agustinus | Abstract | Full Text | Abstract :COVID-19 (coronavirus disease 2019) yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2) hingga saat ini masih menjadi pandemi. Keluhan utama infeksi COVID-19 lebih banyak pada saluran pernapasan, namun ternyata dapat menyerang organ tubuh lain, salah satunya kulit. Peranan ACE2 dalam infeksi COVID-19 menimbulkan beragam manifestasi klinis pada berbagai sistem organ. Artikel ini membahas patomekanisme infeksi COVID-19 pada kulit, berbagai pola manifestasi penyakit kulit, serta berbagai hal yang berkaitan dengan kemunculan lesi kulit pada pasien COVID-19. |
| Diagnosis dan Tata Laksana Striktur Uretra pada Laki-laki | Author : Nicholas Andrian Singgih Singgih | Abstract | Full Text | Abstract :Striktur uretra merupakan salah satu penyebab retensi urin akut yang umum terjadi pada laki-laki. Diagnosis dan tata laksana yang tepat akan menurunkan angka komplikasi retensi urin yang disebabkan oleh striktur uretra.
Urethral stricture is one of the most common causes of acute urinary retention in men. Accurate diagnosis and treatment will reduce the complication rate of urinary retention caused by urethral stricture. |
| Tinjauan atas Efikasi Asam Traneksamat Oral untuk Terapi Melasma | Author : Marinda Nur Triyanti | Abstract | Full Text | Abstract :Melasma adalah kondisi hipermelanosit didapat berupa makula tidak merata yang umumnya simetris. Kondisi ini biasanya terlokalisasi dan bersifat kronik-residif. Di antara banyak faktor kausatif yang berperan pada patogenesis melasma, salah satu yang dianggap penting adalah paparan sinar UV pada kulit. Pengobatan melasma penuh tantangan karena sering rekuren. Asam traneksamat adalah plasmin inhibitor yang melalui sistem plasmin-aktivator plasminogen berperan mencegah induksi pigmentasi oleh radiasi UV. Artikel ini bertujuan meninjau efikasi asam traneksamat oral pada terapi melasma. |
| Karakteristik Penyakit Infeksi Kulit di Poliklinik Klinik Pratama Pantisiwi Jember, Januari 2018 – Desember 2020 | Author : Lifesia Natali Lidjaja | Abstract | Full Text | Abstract :Pendahuluan. Penyakit infeksi kulit dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, maupun parasit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penyakit infeksi kulit di poliklinik Klinik Pratama Pantisiwi Jember. Indonesia. Metode. Penelitian retrospektif deskriptif menggunakan catatan medik pasien poliklinik Klinik Pratama Panti Siwi Jember periode Januari 2018 – Desember 2020. Hasil. Tercatat 133 (51,7%) penderita penyakit kulit akibat infeksi dari 257 penderita penyakit kulit yang berobat di poliklinik Klinik Pratama Panti Siwi Jember. Infeksi virus sejumlah 64 kasus (48,1 %), infeksi bakteri 55 kasus (41,4 %), infeksi jamur superfisial 4 kasus (3%), dan infeksi parasit 10 kasus (7,5%). Simpulan. Infeksi virus paling banyak ditemukan di antara kasus infeksi kulit, diikuti infeksi bakteri, infeksi parasit, dan infeksi jamur. |
| Bell’s Palsy: Diagnosis dan Tatalaksana | Author : Zanty Rakhmania Putri | Abstract | Full Text | Abstract :Bell’s palsy merupakan gangguan saraf wajah dengan ciri kelemahan wajah unilateral, akut, dan tanpa penyebab pasti. Kelemahan wajah dapat berupa hilangnya kerutan dahi, sulit menutup mata, kelemahan sudut bibir, hilangnya sensasi pengecapan. Diagnosis melalui anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan penunjang untuk menilai faktor risiko dan kemungkinan diagnosis lain. Pengobatan secara non farmakologis dan farmakologis.
Bell’s palsy is an acute facial nerve disorder with unilateral facial weakness without definite cause. The disease may manifest as diminished forehead wrinkles, difficulty to close lid, weakness at the corner of the lips, loss of taste sensation and other symptoms based on affected facial nerve branch. Diagnosis can be made through anamnesis and clinical examination. Additional examinations can evaluate risk factors and eliminate other diseases. Treatment can be non-pharmacological and pharmacological. |
| Riwayat Merokok sebagai Prediktor Mortalitas Pasien Karsinoma Hepatoseluler | Author : Kemal Akbar Suryoadji, Jason Theola, Muhammad Ikrar Hermanadi, Dhiya Athaullah Nurfateen Ashadi | Abstract | Full Text | Abstract :Kanker hati atau karsinoma hepatoseluler menempati urutan ke-5 kanker terbanyak di Indonesia. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi perokok di Indonesia sebesar 33,8% dan merokok banyak dikaitkan dengan berbagai komplikasi dan peningkatan angka kematian berbagai penyakit. Tinjauan ini merupakan laporan kasus berbasis bukti untuk melihat mortalitas pasien karsinoma hepatoseluler yang memiliki riwayat perokok. Pencarian artikel dari 4 database, yakni Pubmed, Cochrane, ScienceDirect, dan Scopus dengan kata kunci “((Hepatocellular carcinoma) AND (Smoking) AND (Mortality))” dilakukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi; telaah kritis berdasarkan panduan untuk studi prognosis. Didapatkan 1 studi prognosis mortalitas pasien karsinoma hepatoseluler dengan riwayat merokok yang telah menjalani telaah kritis dan dapat dinyatakan sebagai studi yang valid, penting, dan aplikatif.Studi tersebut merupakan systematic review dan meta-analisis dengan OR 1,20 (95% CI 1,03-1,40). Riwayat merokok dengan frekuensi minimal 20 batang/hari selama 1 tahun akan meningkatkan risiko mortalitas pasien karsinoma hepatoseluler sebesar 1,2 kali dibandingkan pasien karsinoma hepatoseluler tanpa riwayat merokok. |
| Terapi Hemoroid Kronis dengan Herba Berdasarkan Diagnosis Traditional Chinese Medicine: Laporan Dua Kasus | Author : Yelini Fan Hardi, Aryaprana Nando, Willie Japaries, Cinderella Sisilia Indradjaja | Abstract | Full Text | Abstract :Latar belakang: Hemoroid merupakan penyakit yang sering dijumpai dan cukup mengganggu. Tujuan: Mengulas kasus hemoroid kronis yang berhasil diterapi dengan bahan herbal alami berdasarkan diagnosis ilmu pengobatan tradisional Tiongkok (TCM). Kasus: Kasus pertama, pria 38 tahun; kasus kedua, wanita 48 tahun, keduanya telah menderita hemoroid selama lebih dari 10 tahun. Kasus pertama berhasil diterapi dengan lalapan daun pepaya dikukus, dan kasus kedua berhasil diterapi dengan ramuan herbal klasik. Pemilihan terapi pada kedua kasus didasarkan atas diagnosis sindrom TCM, yaitu kelemahan energi limpa (ICD-11:SF70). Simpulan: Terapi herbal yang tepat berdasarkan diagnosis klinis TCM dapat mengatasi hemoroid kronis. |
| Dermatosis Mengancam Jiwa : Sindrom Stevens-Johnson Diduga Akibat Metampiron | Author : Angel Benny Wisan, Felicia Aviana | Abstract | Full Text | Abstract :Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan salah satu dermatosis yang mengancam jiwa dan merupakan bagian dari nekrolisis epidermal (NE), ditandai dengan reaksi mukokutan akut disertai nekrosis luas dan pengelupasan epidermis serta epitel mukosa. Kasus. laki-laki 20 tahun dengan keluhan timbul ruam-ruam kemerahan sejak 2 hari di wajah, menyebar ke leher, dada, perut, punggung, kedua tangan, dan skrotum; diikuti bibir bengkak dan gelembung yang pecah meninggalkan bekas kehitaman. Diduga keluhan muncul setelah pasien mengkonsumsi metampiron. Pasien memiliki riwayat Systemic Lupus Erythematosus (SLE) terkontrol. Status dermatologi didapatkan purpura disertai bula dinding kendur pada regio coli, thorax, manus dextra dan sinistra, dan abdomen. Tanda Nikolsky (+). Pada regio skrotum terdapat bula dinding kendur multipel dan sebagian erosi. Di regio labialis terdapat krusta merah kehitaman multipel, tebal, sulit dilepas, batas irregular, dan sebagian erosi. Pasien didiagnosis sindrom Stevens-Johnson (SSJ) dan mendapat terapi cairan, metilprednisolon, parasetamol, gentamisin, curcuma, cetirizin, triamsinolon asetonid, desoksimetason, dan kloramfenikol. Pada hari ke 10 perawatan, pasien mengalami perbaikan klinis dan diperbolehkan pulang. |
| Terapi Hiperosmolar dalam Tatalaksana Cedera Otak Traumatis | Author : Martin Susanto | Abstract | Full Text | Abstract :Latar Belakang: Cedera otak traumatis merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di dunia. Angka mortalitas pasien cedera kepala dengan tekanan intrakranial di bawah 20 mmHg adalah 18,4%, sedangkan angka mortalitas setinggi 55,6% dilaporkan pada pasien dengan tekanan intrakranial melebihi 40 mmHg. Terapi hiperosmolar dengan manitol atau saline hipertonis merupakan tatalaksana medis utama untuk menangani peningkatan intrakranial akibat cedera otak traumatis. Tinjauan sistematis ini bertujuan membandingkan efektivitas kedua terapi hiperosmolar tersebut dalam tatalaksana cedera otak traumatis. Metode: Penelitian ekstensif dilakukan pada database PubMed, DOAJ, dan Cochrane dengan kriteria inklusi publikasi dalam dua puluh tahun terakhir. Artikel penelitian dalam bentuk meta-analisis, uji klinis, dan uji acak terkontrol lebih diutamakan. Kriteria eksklusi adalah pernyataan tidak jelas, korelasi yang tidak relevan dengan topik utama, atau fokus pada penyakit lain. Hasil: Sebelas penelitian menyimpulkan bahwa efektivitas saline hipertonis sebanding dengan manitol, enam penelitian menunjukkan bahwa saline hipertonis lebih unggul. Simpulan: Saline hipertonis layak dipertimbangkan sebagai alternatif untuk manitol, direkomendasikan untuk pasien dengan hipovolemia, hiponatremia, atau gagal ginjal. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan dosis terapi dan konsentrasi saline hipertonis yang optimal. |
| The Roles of Social Media in Hypertension Management Programs | Author : Pandit Bagus Tri Saputra, Sherly Yolanda, Dinda Dwi Purwati, Sulistiawati - | Abstract | Full Text | Abstract :Hypertension is still one of the leading causes of morbidity and mortality globally. Complications of hypertension cause innumerable social, economic, and health cost burdens, reaching 131 million dollars per year in the United States. However, blood pressure control through lifestyle modifications and pharmacological intervention, achieving blood pressure targets is often unsatisfying. With its simple, cost-efficient, multifunctional, and enormous coverage characteristics, social media is promising to be utilized in health programs. Social media could provide massive information and accommodate the hypertension community to increase hypertension awareness. Incorporating social media in hypertension management improves patients’ lifestyles and pharmacological adherence more than conventional methods. The exact mechanism of how social media-based health programs increase treatment adherence is complex and has not been well-defined; raised awareness, bidirectional communication, and a qualified coach (physician) seem to be the essential factors. It should also be well aware that screen time duration and emotional alteration due to social media exposure could also potentially increase blood pressure. |
|
|