KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI JEPANG SERTA PERBANDINGANNYA DENGAN DI INDONESIA |
Author : Bety Miliyawati |
Abstract | Full Text |
Abstract :Kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran. Kurikulum memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan: tujuan, materi, metode, organisasi, dan evaluasi, sebagai dasar utama dalam upaya pengembangan sistem pembelajaran di lembaga pendidikan. Pembaharuan kurikulum adalah hal yang mutlak terjadi, sebab pendidikan juga berjalan mengikuti zaman dan perubahan. Seperti halnya di Indonesia, pergantian kurikulum juga terjadi di Jepang, sekalipun tidak dalam frekuensi yang sama. Tujuan pembaharuan kurikulum Jepang adalah dengan harapan dapat memacu kreativitas para guru termasuk guru matematika dalam mengimplementasikan pengalaman belajar kepada peserta. Kurikulum Jepang, pertama kali dikeluarkan pada tahun 1947, bertepatan dengan lahirnya undang-undang pendidikan di Jepang, selanjutnya berkali-kali mengalami perubahan. Panduan tentang muatan pembelajaran di sekolah termuat dalam Gakusyuushidouyouryou. Meskipun majunya pendidikan Jepang dan kemajuan industrinya benar-benar terwujud namun tetap sampai saat ini, pengembangan profesional guru dilakukan secara terus-menerus sebab Jepang menyadari karena miskin sumber daya alam maka pengembangan sumber daya manusia (termasuk guru) perlu dilakukan secara terus-menerus. Dalam makalah ini, penulis mencoba menganalisis kurikulum dan pembelajaran matematika di Jepang serta perbandingannya dengan di Indonesia, dengan harapan dapat menjadi bahan renungan dalam rangka berperan serta secara aktif dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran matematika di Indonesia. |
|
MODEL PENGAJARAN DAN PELATIHAN STRATEGI KOGNITIF (MODEL P2SK) YANG MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATI |
Author : Buhaerah |
Abstract | Full Text |
Abstract :Model pengajaran dan pelatihan strategi kognitif ini menjadi salah satu acuan atau contoh untuk mendesain pembelajaran. Secara praktis, model ini menjadi petunjuk dalam meintegrasikan aspek-aspek berpikir kritis dan kreatif dengan materi pelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif dapat tercapai sekaligus penguasaan materi pelajaran. Upaya menintegrasikan materi pelajaran dengan aspek-aspek berpikir kritis dan kreatif dalam pembelajaran, diperlukan upaya-upaya yang sistematis, terukur, dan berkelanjutan. Atas dasar inilah model pembelajaran ini dikembangkan. Model pengajaran dan pelatihan strategi kognitif disingkat model P2SK yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis terdiri dari beberapa komponen, yaitu: sintaks, sistem sosial, prinsip-prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak instruksional dan pengiring. |
|
MODEL PENGAJARAN DAN PELATIHAN STRATEGI KOGNITIF (MODEL P2SK) YANG MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATI |
Author : Buhaerah |
Abstract | Full Text |
Abstract :Model pengajaran dan pelatihan strategi kognitif ini menjadi salah satu acuan atau contoh untuk mendesain pembelajaran. Secara praktis, model ini menjadi petunjuk dalam meintegrasikan aspek-aspek berpikir kritis dan kreatif dengan materi pelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif dapat tercapai sekaligus penguasaan materi pelajaran. Upaya menintegrasikan materi pelajaran dengan aspek-aspek berpikir kritis dan kreatif dalam pembelajaran, diperlukan upaya-upaya yang sistematis, terukur, dan berkelanjutan. Atas dasar inilah model pembelajaran ini dikembangkan. Model pengajaran dan pelatihan strategi kognitif disingkat model P2SK yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis terdiri dari beberapa komponen, yaitu: sintaks, sistem sosial, prinsip-prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak instruksional dan pengiring. |
|
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN WHOLE BRAIN PADA MATA KULIAH TELAAH MATEMATIKA SD |
Author : Siti Napfiah |
Abstract | Full Text |
Abstract :Penelitian ini ditujukan untuk menerapkan pembelajaran whole brain pada mata kuliah Telaah Matematika SD. Metode pembelajaran whole brain memberikan cara pemanfaatan manajemen kelas yang baik sebagai dasar proses pembelajaran. Jika manajemen kelas dapat terkelola dengan baik, maka mahasiswa dapat merasa nyaman untuk mengikuti proses pembelajaran. Selanjutnya metode ini menekankan seorang pendidik untuk melakukan pengajaran dengan memanfaatkan kegiatan visual, audio dan kinestetik secara bersama, sehingga kedua bagian otak dapat bekerja secara maksimal. Pendidik harus menggunakan media pembelajaran dan gerakan-gerakan yang menarik dalam penyampaian materi dan dituntut untuk melibatkan peserta didiknya ke dalam setiap pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan metode pembelajaran whole brain yang dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa adalah metode pembelajaran whole brain yang mana pengelolaan manajemen kelas harus tertata dengan baik serta peserta didik harus diajak melakukan kegiatan audio, visual, dan kinestetik secara bersama-sama. Berdasarkan hasil tes diketahui bahwa lebih dari 50% mahasiswa di kelas memperoleh skor lebih dari 75. Dengan metode pembelajaran whole brain yang melibatkan keseluruhan indra yang merangsang kedua bagian otak bekerja secara maksimal dan pengaturan manajemen kelas yang baik maka proses pembelajaran matematika dapat diterima oleh peserta didik dengan baik. |
|
PENERAPAN MODEL TUTORIAL BERBANTUAN MATHEMATICA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS |
Author : Suwarno |
Abstract | Full Text |
Abstract :Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa yang menggunakan pembelajaran model tutorial berbantuan Mathematica dan mahasiswa yang menggunakan pembelajaran tanpa berbantuan Mathematica bila ditinjau secara keseluruhan dan ditinjau dari kategori pengetahuan awal matematika (tinggi, sedang, rendah). Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Kalkulus 1 pada salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Tangerang. Perkuliahan Kalkulus 1 terdiri atas 4 kelas dengan jumlah mahasiswa sebanyak 120 orang. Dua kelas dipilih secara Purposive Sampling untuk dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kedua kelas (60 orang) diberikan pretes dan postes yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah. Pada kelas eksperimen diberikan instrument non-tes berupa angket untuk mengetahui respon mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang menggunakan pembelajaran integral berbantuan Mathematica peningkatan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran integral tanpa berbantuan Mathematica. Selain itu, penggunaan Mathematica dalam proses pembelajaran dapat menciptakan pembelajaran matematika yang interaktif sehingga mahasiswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika. |
|
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS VERSI GEORGE POLYA DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA |
Author : Wahid Umar |
Abstract | Full Text |
Abstract :George Polya telah meletakan suatu warisan “pentingnya mengajar dengan pemecahan masalah”. Setiap masalah memiliki “sepuluh strategi” yang tepat dengan “empat” langkah pemecahan sesuai dengan aspek-aspek dan sudut pandangnya masing-masing di dalam menyelesaikan suatu masalah matematis. Topik ini telah menjadi komponen utama dalam kurikulum matematika pada semua tingkatan pendidikan. NCTM dalam standards (1989) mempublikasikan ”The Curriculum and Evaluations Standards for School Mathematics”, yang menekankan bahwa pemecahan masalah harus menjadi fokus dalam kurikulum matematika di sekolah. Ini berarti bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu topik yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Tujuan mengajarkan matematika dengan pemecahan masalah adalah: (1) membantu guru memperbaiki keterampilan pemecahan masalah diri sendiri; (2) diberikan kepada guru untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan pemecahan masalah mereka; (3) untuk menyelidiki strategi umum pemecahan masalah; dan (4) bagaimana membuat kata “masalah” dan “pemecahan masalah” menantang dan menarik untuk siswa. Pentingnya para siswa mengalami proses pembelajaran matematika dengan pemecahan masalah matematis. Siswa perlu dipersiapkan dan didorong untuk berpikir bahwa sesuatu itu multi-dimensi sehingga mereka dapat melihat banyak kemungkinan penyelesaian untuk suatu masalah. Dengan demikian, pemecahan masalah matematis dalam pembelajaran matematika merupakan bagian integral dari semua aktivitas matematis. Fokus kajian makalah ini adalah bagaimana strategi pemecahan masalah matematis versi George Polya dan penerapannya dalam pembelajaran matematika. |
|
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP |
Author : Yenni |
Abstract | Full Text |
Abstract :Penelitian ini dilatarbelakangi kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa tingkat SMP yang rendah. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Learning Cycle terhadap kemampuan pemahaman dan koneksi matematiks siswa. Populasi diambil dari siswa SMP Negeri 2 Cikupa Kabupaten Tangerang berjumlah 408 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling, terpilih kelas VII C sebagai kelas kontrol berjumlah 44 siswa dan VII D sebagai kelas eksperimen berjumlah 47 siswa. Kelas kontrol diberikan model pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen diberikan model pembelajaran Learning Cycle. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan Nonequivalent control grup design. Instrument tes berbentuk uraian sebanyak 4 soal pemahaman matematika dan 5 soal koneksi matematika. Uji persyaratan analisis menggunakah Chi Kuadrat dan uji Fisher. Hasil data pretes menunjukkan kelas kontrol dan eksperimen memiliki data yang berdistribusi normal, homogen dan tidak terdapat perbedaan baik kemampuan pemahaman maupun kemampuan koneksi matematika. Hasil data postes kemampuan pemahaman matematika berdistribusi normal, homogen, dan terdapat perbedaan kemampuan pemahaman dan koneksi matematika antara kelas kontrol dan eksperimen. Hasil data postes kemampuan koneksi matematika berdistribusi tidak normal dan terdapat perbedaan kemampuan koneksi matematika antara kelas kontrol dan eksperimen. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Learning Cycle berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa |
|
PENGARUH MENGGUNAKAN SOFTWARE MACROMEDIA FLASH 8 TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII |
Author : Khoerul Umam |
Abstract | Full Text |
Abstract :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh Macromedia Flash terhadap hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kelas VIII (delapan) pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Desain penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat peningkatan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan penggunaan Macromedia Flash 8 dengan hasil rerata pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol . (2) hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaaan Macromedia Flash terhadap hasil belajar matematika siswa setelah didapatkan bahwa thitung=2,910 > 2,002=t(0,975;(58)) dengan taraf signifikansi ?=0,05. |
|
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK |
Author : Windia Hadi |
Abstract | Full Text |
Abstract :Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya dan rendahnya kemampuan penalaran siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan penalaran siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas VIII pada salah satu SMP Negeri di Jakarta Barat. Sampel terdiri dari dua kelas yaitu kelas VIII-D dan VIII-F yang dipilih secara purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan penalaran. Analisis data menggunakan uji-t (Independent Sample T-Test) dan Mann Whitney. Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa Peningkatan kemampuan penalaran siswa yang memperoleh pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. |
|