PENGARUH MADDEN-JULIAN OSCILLATION TERHADAP DISTRIBUSI TEMPORAL DAN PROPAGASI HUJAN BERDASARKAN PENGAMATAN RADAR CUACA (Studi Kasus : Intensive Observation Period 2016 di Wilayah Jakarta dan Sekitarnya) |
Author : Ardhi Adhary Arbain, Findy Renggono, Rino Bahtiar Yahya |
Abstract | Full Text |
Abstract :Distribusi temporal dan propagasi hujan selama Intensive Observation Period 2016 (IOP 2016, 18 Januari – 16 Februari 2016) di wilayah Jakarta dan sekitarnya dianalisis berdasarkan rataan longitudinal dan latitudinal data Constant Altitude Plan Position Indicator (CAPPI) radar cuaca, pada periode sebelum, saat dan sesudah fase aktif Madden-Julian Oscillation (MJO). Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi temporal hujan berkurang secara signifikan pada periode MJO aktif dan sesudah MJO, terutama pada dini hari. Di sisi lain, intensitas hujan semakin meningkat dengan nilai rata-rata di atas 30 mm/jam pada periode setelah MJO. Pada komponen zonal, arah propagasi hujan umumnya dominan dari barat ke timur pada ketiga periode analisis, sedangkan untuk komponen meridional, terdapat variasi yang cukup signifikan pada periode saat dan setelah MJO aktif . Pergerakan hujan dari selatan ke utara pada kedua periode tersebut menunjukkan pengaruh siklus diurnal yang semakin kuat dibandingkan pengaruh monsun, setelah MJO melintasi wilayah barat Benua Maritim Indonesia. |
|
ANALISIS HUJAN LEBAT TANGGAL 27 SEPTEMBER 2017 DI DKI JAKARTA |
Author : Kiki Kiki, Samba Wirahma |
Abstract | Full Text |
Abstract :Pada 27 September 2017 beberapa wilayah di DKI Jakarta dilanda hujan dengan intensitas lebat yang memicu genangan di beberapa wilayah. Wilayah DKI Jakarta pada bulan September masih dalam periode transisi dari musim kemarau menuju musim hujan, sehingga potensi kejadian hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang cukup tinggi, meski umumnya masih bersifat sporadis. Dengan menggunakan data reanalysis model diketahui bahwa pada saat kejadian terdapat anomali pola angin di lapisan 850 hPa dibandingkan dengan klimatologisnya, serta didentifikasi adanya anomali kelembapan udara di lapisan bawah hingga 500 hPa yang lebih basah dibandingkan dengan klimatologisnya. Pertumbuhan awan hujan tipe Nimbustratus yang optimal pada saat kejadian dipicu oleh daerah konvergensi yang terbentuk di wilayah Banten, DKI Jakarta, hingga Jawa Barat, serta kondisi atmosfer yang basah hingga di lapisan menengah. |
|
PENYEBARAN POLUTAN DALAM KASUS KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015 |
Author : Erwin Mulyana |
Abstract | Full Text |
Abstract :Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan tahun 2015 menimbulkan bencana kabut asap yang sangat masif sehingga kualitas udara dalam beberapa hari mencapai kategori berbahaya. Dalam tulisan ini dibahas penyebaran polutan di wilayah Sumatera Selatan akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hotspot dari satelit MODIS dengan tingkat kepercayaan 70 %, curah hujan TRMM serta curah hujan dari penakar yg ada di Sumatera Selatan,data kualitas udara (ISPU), data black carbon dari MERRA-2 Model M2T1NXAER v5.12.4. dengan resolusi 0.5o x 0.625o, serta arah dan kecepatan angin lapisan 925 mb. Analisis spasio temporal penyebaran black carbon yang dipadukan dengan arah dan kecepatan angin menggunakan perangkat lunak Grid Analysis and Display System (GrADS). Intensitas hujan dari 16 penakar hujan sejak minggu kedua bulan Agusus 2015 hingga akhir Oktober 2015 sebesar 36 mm. Selama bulan Juni-November 2015, Jumlah hotspot terbanyak terjadi pada bulan September (6.839 titik) dan Oktober (7.709 titik). Lokasi hotspot sebagian besar berada di Kabupaten OKI dengan jumlah mencapai 10.581 titik. Kualitas udara pada bulan September 2015 dominan masuk kategori tidak sehat sedangkan bulan Oktober 2015 dominan masuk kategori sangat tidak sehat – berbahaya. Angin pada lapisan 925 mb umumnya bertiup dari arah tenggara hingga timur sehingga black carbon dari kebakaran di daerah OKI menyebar ke arah wilayah Kabupaten Musi Banyuasin serta Kabupaten Banyuasin. |
|
ANALISIS CUACA PADA PENERAPAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA DI DAS PLTA Ir. PM NOOR BULAN APRIL - MEI 2017 |
Author : Purnomo Arif Abdillah, Djazim Syaifullah, Rini Mariana Sibarani |
Abstract | Full Text |
Abstract :Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di DAS PLTA Ir PM Noor dilakukan pada tanggal 18 April sampai 17 Mei 2017. Kondisi cuaca selama pelaksanaan kegiatan TMC dipengaruhi oleh adanya fenomena ENSO Netral dengan adanya kemungkinan menuju Nino lemah, sedangkan nilai anomali OLRnya lebih dominan negatif. Massa udara yang masuk daerah target didominasi massa udara yang berasal dari Lautan Pasifik Barat dan Laut Banda yang cukup mengandung uap air, kondisi kelembapan udara di wilayah Kalimantan Selatan cukup basah dan terdapat daerah konvergensi yang mendukung terjadinya pertumbuhan awan. Total rata-rata curah hujan wilayah di DAS PLTA Ir. PM Noor selama periode pelaksanaan TMC adalah sebesar 205,7 mm. |
|
VARIASI HARIAN DAN TAHUNAN HUJAN DI SERPONG BERDASARKAN PENGAMATAN DENGAN MICRO RAIN RADAR |
Author : Findy Renggono |
Abstract | Full Text |
Abstract :Kemampuan MRR untuk mengamati profil hujan sampai ketinggian di atas 7500m dapat digunakan untuk mengamati kemunculan jenis hujan. Dari parameter yang diperoleh dapat dibedakan menjadi dua jenis hujan, konvektif dan stratiform berdasarkan keberadaan brightband. Pengamatan kemunculan jenis hujan dengan MRR di Serpong menunjukkan bahwa hujan konvektif relatif muncul lebih banyak dibandingkan stratiform pada puncak musim kering, sedangkan pada musim hujan sebaliknya. Untuk variasi hariannya, puncak hujan konvektif muncul sekitar pukul 15.00-16.00 WIB sedangkan stratiform sekitar pukul 18.00 WIB. |
|