Pengaruh Karakteristik Terhadap Pendapatan Petani Jagung di Kabupaten Sumba Timur (Studi Kasus: Desa Kiritana, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur) | Author : Umbu Maramba | Abstract | Full Text | Abstract :Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah karakteristik seperti umur, pendidikan, pengalaman berusahatani, dan luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan petani jagung. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kiritana, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur dengan jumlah sampel mencapai 65 orang petani dari populasi yang berjumlah 190 orang. Teknik penentuan jumlah sampel kelompok tani menggunakan rumus dari Slovin dimana dari kelompok tani tersebut akan diambil responden secara proportional sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian berdasarkan pada hasil analisis regresi linear berganda tidak terdapat pengaruh antara umur dan pendidikan terhadap pendapatan usahatani jagung dan terdapat pengaruh antara pengalaman berusaha tani dan luas lahan terhadap pendapatan usahatani jagung |
| Pengaruh Atmopherics Stimuli Terhadap Minat Beli Konsumen Buah-Buahan (Studi Kasus di Istana Buah Blimbing, Malang) | Author : Elizabeth Marito Sagala, Budi Setiawan, Riyanti Isaskar | Abstract | Full Text | Abstract :Menghadapi persaingan yang ketat, pengusaha retail berlomba untuk menarik berbagai konsumen dengan berbagai strategi pemasaran. Salah satunya adalah dengan mengendalikan situasi pembelian melalui komponen atmospherics stimuli yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komponen atmospherics stimuli yang terdiri dari eksterior, interior, bentuk dan tata ruang, titik pembelian dan dekorasi serta manusia secara simultan dan secara parsial terhadap minat beli konsumen di Istana Buah Blimbing, Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel atmospherics stimuli mampu menjelaskan variabel minat beli sebesar 54,1%. Komponen atmospherics stimuli secara serempak berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen. Secara parsial, variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah variabel manusia |
| Pola Konsumsi dan Estimasi Permintaan Daging Ayam Ras (Broiler) pada Tingkat Rumah Tangga di Jawa Timur: Penerapan Model Quadratic Almost Ideal Demand System (QUAIDS) | Author : Fitrotul Laili, Ratya Anindita | Abstract | Full Text | Abstract :Penelitian ini bertujuan menganalisis pola konsumsi dan estimasi permintaan daging ayam ras di Jawa Timur. Analisa ini dilakukan pada tingkat rumah tangga di Jawa Timur yang dibedakan berdasarkan wilayah (perdesaan dan perkotaan) yang kemudian diestimasi dengan menggunakan model Quadratic Almost Ideal Demand System (QUAIDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan elastisitas permintaan Marshallian menunjukkan bahwa daging ayam ras di Jawa Timur memiliki sifat yang elastis baik di wilayah perdesaan maupun perkotaan. Sedangkan pada elastisitas silang yang menunjukkan terjadinya hubungan subtitusi. Sedangkan pada elastisitas permintaan Hicksian menunjukkan bahwa daging ayam ras di Jawa Timur bersifat elastis dan memiliki hubungan komplementer antar komoditas pangan hewani. Selajutnya, berdasarkan expenditure elasticity, daging ayam ras di Jawa Timur merupakan barang normal |
| Analisis Perbandingan Biaya Dan Pendapatan Usahatani Tebu Sistem Tanam Rawat Ratoon Pada Lahan Sawah Dan Lahan Tegal di Jawa Timur | Author : Wiwit Widyawati | Abstract | Full Text | Abstract :Penelitian ini bertujuan untuk menganalsisi perbandingan biaya dan pendapatan usahatani tebu rawat ratoon pada lahan sawah dan lahan tegal di Kabupaten Malang, Pasuruan, Lumajang dan Situbondo Provinsi Jawa Timur. Penentuan sample pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dimana total petani tebu lahan sawah dan tegal di Kabupaten Malang, Pasuruan, Lumajang dan Situbondo di Provinsi Jawa Timur adalah sebanyak 54 orang petani tebu dengan teknik budidaya rawat ratoon yang terdiri dari 19 petani lahan sawah dan 35 petani tebu lahan tegal. Data dianalisis menggunakan metode analisis uji beda t-test. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan biaya dan pendapatan yang signifikan antara usatani tebu rawat ratoon pada lahan sawah dan lahan tegal pada Kabupaten Malang, Pasuruan, Lumajang dan situbondo. Biaya total rata – rata per hektar per musim tanam yang dikeluarkan petani tebu rawat ratoon pada lahan sawah lebih besar dibandingkan pada biaya total usahatani tebu rawat ratoon pada lahan tegal. Usahatani tebu rawat ratoon pada lahan sawah lebih menguntungkan dibandingkan usahatani tebu rawat ratoon pada lahan tegal Diperlukan intervensi pemerintah dalam hal fasilitasi pemeliharaan saluran serta fasilitasi penyediaan dan akses petani dalam memperoleh sarana produksi pertanian dan modal dalam rangka meningkatkan efisiensi usahatani petani tebu |
| Pengaruh Fungsi Kelompok Terhadap Kemandirian Anggota pada Kelompok Tani Padi Organik di Paguyuban Al-Barokah Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, Jawa Tengah | Author : Elsiana Elsiana, Sriroso Satmoko, Siwi Gayatri | Abstract | Full Text | Abstract :Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh fungsi kelompok terhadap kemandirian anggota kelompok tani. Penelitian dilaksanakan di Paguyuban Al-Barokah Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive dengan jumlah responden 109 dari 4 kelompok tani yaitu Al-Barokah 3, Al-Mazroh, Sunan Ampel dan Dewi Sri, variabel fungsi kelompok dalam penelitian ini dijelaskan oleh indikator kelas belajar, kerjasama, unit produksi dan usaha bisnis. Analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh secara signifikan antara variabel fungsi kelompok dengan variabel kemandiran anggota. Fungsi kelompok tani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, unit produksi dan usaha bisnis perlu ditingkatkan kedinamisannya. Perlu adanya pengembangan dan pembinaan kelompok tani untuk meningkatkan kemampuan secara merata bagi anggotanya. Pendekatan pembangunan secara partisipatif perlu dikedepankan untuk mendorong kemandirian anggota melalui peningkatan peran serta anggota dalam kegiatan, sehingga tumbuh dan berkembang dalam kreatifitas dan keberanian menghadapi resiko yang ada. |
| Karakteristik Hutan Rakyat Jati dan Sengon serta Manfaat Ekonominya di Kabupaten Malang | Author : Rika Ratna Sari, Kurniatun Hairiah, Suyanto Suyanto | Abstract | Full Text | Abstract :Penanaman pepopohan di lahan pertanian dalam sistem agroforestry dan hutan rakyat diharapkan mampu meningkatkan keberlanjutan lansekap yang dinilai dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Hal ini dipengaruhi oleh manajemen lahan yang menentukan proses pengambilan keputusan terkait sistem penggunaan lahan yang dipilih dan jenis tanaman yang akan ditanam. Keberadaan pohon dalam sistem hutan rakyat diharapkan mampu memperbaiki produktivitas lahan dan dapat memberikan pendapatan untuk perbaikan dalam aspek ekonomi. Penilaian manfaat ekonomi pohon dalam kurun waktu tertentu dapat dilakukan melalui analisis Net Present Value (NPV). Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi keuntungan yang diperoleh petani pada sistem hutan rakyat khususnya tanaman sengon dan jati dibandingkan dengan tanaman semusim (jagung dan bawang merah) serta menganalisis sistem mana yang lebih menguntungkan ditinjau dari aspek ekonomi dan ekologi.
Survey dilakukan dengan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan informasi terkait biaya produksi dan pendapatan dari petani yang benar-benar mengelola sistem hutan rakyat. Penelitian ini dilakukan pada di Kabupaten Malang yang merupakan sentra hutan rakyat di Jawa Timur. Populasi pohon rata-rata pada hutan rakyat adalah 1396 pohon ha-1. Hutan rakyat jati dan sengon, sekitar 77% didominasi oleh kayu sedang (BJ 0,6 – 0,75 g cm-3), dan 23% kayu ringan. Total cadangan karbon di Hutan rakyat jati cukup tinggi bila dibandingkan dengan hutan rakyat sengon. Secara ekonomi, hutan rakyat jati memiliki nilai NPV tertinggi yakni Rp. 643.514.720,-/ha/30 tahun, sedang hutan rakyat sengon sekitar 44% lebih rendah (Rp. 357.833.338,-/ha/30 tahun). Nilai NPV pada hutan rakyat lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman semusim sehingga hutan rakyat lebih menguntungkan secara ekonomi dibandingkan tanaman semusim. Secara ekologi hutan rakyat mampu memperbaiki kondisi lahan dan kesuburan tanah secara perlahan melalui masukan seresahnya, serta dapat menekan limpasan permukaan karena tutupan kanopinya dan meningkatkan cadangan karbon |
| Analisis Kinerja Koperasi Susu Dengan Pendekatan Balanced Scorecard (BSC) | Author : Neza Fadia Rayesa | Abstract | Full Text | Abstract :Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja koperasi susu di Yogyakarta. Pendekatan Balanced Scorecard (BSC) digunakan untuk menganalisis indikator kinerja yang diturunkan dari visi, misi, dan tujuan strategis Koperasi Susu Warga Mulya sebagai organisasi bisnis. Berdasar hasil analisis, diperoleh sepuluh Key Performance Indicator (KPI) dari empat perspektif BSC untuk mengukur kinerja koperasi secara komprehensif. Pengukuran dilakukan dengan mengkuantifikasi pencapaian target kinerja menggunakan Objective Matix (OMAX). Hasil analisis menunjukkan Koperasi Warga Mulya memiliki kinerja terbaik pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dan terburuk pada perspektif pelanggan. |
| Dampak Perubahan Iklim terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah (Kasus di Dusun Sumberbendo, Desa Kucur, Kabupaten Malang) | Author : Aprilliza Naura, Fitria Dina Riana | Abstract | Full Text | Abstract :Perubahan iklim terjadi dikarenakan adanya perubahan dari unsur-unsur iklim seperti kecepatan angin, kelembapan udara, suhu, dan curah hujan. Salah satu sektor pertanian yang terkena dampak dari perubahan iklim yaitu subsektor hortikultura pada tanaman cabai merah (Capsicum annum L) yang merupakan salah satu komoditas unggulan di Dusun Sumberbendo. Sebelum perubahan iklim (tahun 2012-tahun 2013) dan sesudah perubahan iklim (tahun 2014-tahun 2015) terdapat perbedaan yang cukup signifikan dari unsur iklim kecepatan angin, curah hujan, dan kelembaban. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan petani terhadap perubahan iklim, menganalisis dampak perbedaan produksi sebelum dan sesudah perubahan iklim, menganalisis dampak perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah perubahan iklim, menganalisis sosial ekonomi sebelum dan sesudah perubahan iklim. Penelitian ini dilakukan di Dusun Sumberbendo, Desa Kucur, Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil analisis, bahwa petani cabai merah mendapatkan pengetahuan mengenai adanya perubahan iklim dari televisi sebanyak 21 orang. Rata-rata produksi per Ha sebelum dan sesudah perubahan iklim pada luas lahan <0,5 Ha yaitu 8.210,21 kg dan 7.092 kg, luas lahan 0,5-1 Ha yaitu 5.263,22 kg dan 4.594,52 kg, luas lahan >1 Ha yaitu 3.879 kg dan 3.430,6 kg. Rata-rata pendapatan per Ha sebelum dan sesudah perubahan iklim dengan luas lahan <0,5 Ha yaitu Rp. 88.700.000 dan Rp 81.200.000, luas lahan 0,5-1 Ha yaitu Rp. 69.057.000 dan Rp. 64.692.000, luas lahan >1 Ha yaitu Rp. 38.500.000 dan Rp. 35.879.000. Hasil uji beda rata-rata pada produksi dan pendapatan cabai merah sebelum terjadinya perubahan iklim dan sesudah terjadinya perubahan iklim yaitu adanya perbedaan secara nyata. Kondisi sosial antar petani saling berbagi informasi mengenai budidaya usahatani cabai merah. Tidak adanya adopsi inovasi yang ditawarkan sehingga para petani cabai merah hanya bisa pasrah dengan hasil produksi yang menurun, dapat disimpulkan bahwa produksi dan pendapatan petani cabai merah mengalami penurunan dan aspek sosial ekonomi yang berubah. |
| Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Tebu Lahan Kering di Kabupaten Jombang | Author : Muhammad Idris Asyarif, Nuhfil Hanani | Abstract | Full Text | Abstract :Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Konsumsi gula per tahun tidak kurang dari 3 juta ton. Upaya pengembangan industri gula sangat tergantung akan ketersediaan bahan baku yaitu tebu sebagai bahan baku utama. Tebu merupakan tanaman musiman dari salah satu komoditas tanaman yang dikembangkan dalam kawasan perkebunan dan menghasilkan produk akhir gula dan tetes. Kabupaten Jombang merupakan salah satu sentra produksi tebu yang ada di Provinsi Jawa Timur, yakni menempati urutan keempat. Produktivitas tanaman tebu dipengaruhi oleh berbagai faktor, tidak hanya jenis lahan, namun juga dalam penggunaan sarana produksi dan teknik dalam budidaya tanaman tebu. Penggunaan faktor produksi yang tidak efisien tersebut bisa dipengaruhi oleh pengaplikasian yang salah atau tidak sesuai dalam input produksinya yang justru akan menambah biaya produksi yang menyebabkan pendapatan petani semakin berkurang. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis dan efisiensi skala dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani tebu lahan kering di Kabupaten Jombang. Metode analisis yang digunakan yakni dengan Data Envelopment Anaysis (DEA) dengan menggunakan aplikasi DEAP 2.1. Hasil penelitian untuk tujuan pertama yaitu, tingkat efisiensi teknis dengan menggunakan metode DEA menunjukkan bahwa terdapat 53 % atau 19 responden petani yang berada pada kondisi efisiensi secara teknis, sedangkan sisanya sebesar 47 % atau 17 petani responden yang berada pada kondisi inefisiensi secara teknis. Rata -rata nilai efisiensi teknis adalah 0.982, nilai ini memiliki arti bahwa rata-rata efisiensi penggunaan input adalah 98,2% yang berarti bahwa secara teknis penggunaan faktor – faktor produksi usahatani tebu lahan kering belum mancapai tingkat full efisiensi (kurang dari 100%) tetapi sudah mendekati kondisi full efisiensi. Penyebab inefisiensi penggunaan faktor-faktor produksi tebu lahan kering di Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang adalah terlalu banyak jumlah input yang digunakan, secara keseluruhan input yang menunjukkan penggunaan berlebih dan harus dikurangi yakni pada input tenaga kerja, bibit, dan herbisida. Hasil analisis untuk tujuan kedua yaitu, tingkat efisiensi skala dengan menggunakan metode DEA menunjukkan bahwa Dari 36 responden (UKE), sekitar 53% atau 19 UKE memiliki skala CRS (constant return to scale), 25% atau 9 UKE memiliki skala DRS (decreasing return to scale) dan 22% atau 8 UKE berskala IRS (increasing return to scale). |
|
|