PEMODELAN DAN SIMULASI KENDARAAN HIBRID SERI-PARALEL DENGAN CUSTOMIZED MATLAB/SIMULINK | Author : ndra Chandra S, Prowoto | Abstract | Full Text | Abstract :Kendaraan hibrid merupakan salah satu jawaban dari Industri Otomotif terhadap tingginya tuntutan untuk menurunkan emisi gas buang dan penghematan pemakaian energi fosil. Dalam Penelitian ini, dirancang sebuah pemodelan kendaraan hibrid dengan konfigurasi seri-paralel dengan perangkat lunak Matlab/Simulink.Untuk memodelkan sebuah kendaraan hibrid dan menganalisa kemampuan dari sebuah konfigurasi kendaraan hibrid, maka model tersebut harus mencakup kelima aspek pemodelan, meliputi dinamika kendaraan, sistem mesin dan transmisi, sistem kelistrikan, sistem kontrol dan siklus uji (drive cycle).Kemampuan sebuah kendaraan hibrid dalam hal penghematan bahan bakar sangat ditentukan oleh sistem kontrol dan sistem kelistrikan yang dipilih, hal ini disebabkan pada konfigurasi ini pensuplai tenaga utama tetap pada mesin pembakaran dalam, sehingga sangat penting untuk dapat menjaga mesin beroperasi pada zona operasi yang memiliki efisiensi tinggi (high-efficiency zone) pada keseluruhan kondisi operasi. |
| KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN OXY ASETILIN WELDING(OAW) | Author : Syaripuddin | Abstract | Full Text | Abstract :Tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui elektroda mana yang memiliki hasil pengelasan yang terbaik melalui metode uji tarik. Mengetahui perbedaan komposisi elektroda dari beberapa jenis elektroda dengan pengujian SEM. Mengetahui hubungan antara komposisi elektroda dengan hasil pengelasan dari beberapa jenis elektroda.Spesifikasi benda uji yang digunakan dalam eksperimen ini adalah sebagai berikut: Bahanyangdigunakan adalah plat baja kontruksi. Ketebalanplat 3 mm. Elektrodayang digunakan adalah tiga jenis E6013 dengan diameter 3,2 mm. Yang digunakan hanya kawat intinya sajasedangkanfluksnya(coating)dibuang. Menggunakannyala api netral. Menggunakansambungan butt(butt joint).Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: Komposisi kawat inti elektroda A adalah O 19,13%, Na 2,59 %, Al 1,67%, Si 5,66% dan Fe 70,95%. Komposisi fluks elektroda A adalah C 28,89%, O 48,02%, Na 8,80%, Al 1,69%, Si 5,25%, K 1,47%, Ca 2,80%, Ti 1,16% dan Fe 1,91%. Hasil pemeriksaan visualpada pengelasan yang menggunakan variansi kawat pengisi terdapat cacat las yaitu weaving fault, surface porosity, undercutting. Elektroda A memiliki kekuatan tarik lebih tinggi jika dibandingkan dengan elektroda B dan C. |
| MODIFIKASI KEMUDI MANUAL MENJADI TIPE RACKAND PINION PADA ANGKUTAN PEDESAAN | Author : Erik Heriana, Wegie Ruslan, Asrul Ismail | Abstract | Full Text | Abstract :Sarana dan prasarana yang baik sangat erat kaitannya dengan hasil sebuah pekerjaan, hal inilah yang mendorong untuk menciptakan sebuah alat transportasi desa yang dapat menunjang kegiatan dan mobilitas civitas akademika yang tinggi, sehingga akan menghasilkan hasil yang maksimal.. Sebagai wujud kepedulian terhadap masalah di pedesaan, maka penulis bermaksud untuk mengkaji sebuah konsep kendaraan angkutan pedesaan roda empat dengan kapasitas berpenumpang lima orang dan barang 500 kg lebih yang sekaligus menjadi tonggak perubahan angkutan pedesaan diIndonesia.Metodologi yang digunakan penulis adalah dengan metoda kajian perhitungan desain ulang untuk proses modifikasi sistem kemudi pada kendaraan angkutan pedesaan roda empat yang nyaman dan aman. Perhitungan diawali dengan mengkaji sudut belok kendaraan, kemudian mengkaji steering geometri dan beban yang diterima kemudi.Dari hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa kendaraan angkutan pedsaan roda empat yang di desain mempunyai Sistem streering kendaraan ini menggunakan Rack and Pinion dengan sudut roda bagian luar dan bagian dalam masing –masing adalah dan . Pergeseran rack sebesar 7,47 cm mengakibatkan rasio steering 13, rasio steering ini adalah perbandingan dari hasil pergeseran rack dalam satu putaran dibagi dengan luas roda. Beban pada system steering sebesar 3,14 N ini dianggap ringan sehingga kendaraan ini tidak perlu menggunakan power steering, karena beban masih dalam standar yang dipersyaratkan yaitu 2 sampai dengan 7 N. |
| ANALISA EFESIENSI KETEL UAP PADA UNIT 2 PLTU 2 BANTEN KAPASITAS 300 MW | Author : Dian Jaelani, Sony Sukmara | Abstract | Full Text | Abstract :Boiler atau ketel uap adalah sebuah bejana tertutup yang berfungsi sebagai ruang pembakaran ini merupakan kombinasi antara sistem dan peralatan yang dipakai untuk merubah energy kimia yaitu bahan bakar menjadi energi termal dan pemindahan energy termal yang dihasilkan itu ke fluida kerja sehingga berubah dari air menjadi uapSebuah ketel uap dioperasikan selama 5 tahun maka akan diperkirakan akan terjadi penurunan unjuk kerja ketel uap tersebut. Untuk mengetahui berapa penurunannya maka dilakukan perhitungan dengan metode input –output untuk mengetahui berapa efesiensi keteluap saat ini dibandingkan dengan hasil komisioning. Ternyata dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa keadaan ketel uap masih memadai untuk beroperasi, walaupun banyak kekurangan yang terdapat didalam ketel uap tersebut. Hasil perhitungan dengan metode input –output ketel uap ketika komisioning memiliki efisiensi 90,5 %, sedangkan Mei 2016 memiliki efisiensi 83,4 % |
| EFEK VARIASI KECEPATAN WIRE FEEDER GMAW TERHADAP TENSILE STRENGTH ASTM A36 | Author : Ferry Budhi Susetyo | Abstract | Full Text | Abstract :Pada pengelasan GMAW kecepatan pengelasan, tegangan, kecepatan wire feeder, arus, laju aliran gas pelindung (shielding gas), dan polaritas merupakan beberapa faktor yang berpengaruh dalam hasil pengelasan. Dalam teori buku disebutkan filler metal AWS ER 70S-6 hanya dapat digunakan untuk polaritas DC+. Sehingga peneliti tertarik untuk membandingkan hasil pengelasan material ASTM A 36 dengan polaritas DC+ dan DC-dari segi tensile strenght dengan beberapa variasi kecepatan wire feeder.Pelat ASTM A36 dengan tebal 8 mm yang dibentuk kampuh V tunggal dengan menggunakan mesin milling. Pelat ASTM A36 dilas dengan proses GMAW (polaritas DC-dan DC+). Parameter kecepatan pengelasan diatur 350 mm/menit sedangkan kecepatan wire feeder divariasikan 7, 8, dan 9 m/menit. Filler metal menggunakan jenis AWS ER70S-6 diameter 1 mm. Hasil pengelasan DC+ mendapatkan hasil tensile strenght maksimal di kecepatan wire feeder 9 m/menit. Hasil pengelasan DC-mendapatkan hasil tensile strenght maksimal di kecepatan wire feeder 7 m/menit. Berdasarkan hasil pengujian tarik pada dua polaritas dapat terlihat bahwa pengelasan dengan polaritas terbalik (DC+) menujukkan hasil yang lebih tinggi kekuatan tariknya jika dibandingkan dengan plaritas terbalik (DC-). Namun hasil kekuatan tarik polaritas terbalik diatas rata-rata dari base metal (A36) yangtelah ditetapkan oleh ASTM. Sehingga hasil kekuatan tarik dari polaritas lurus (DC-) yang masih masuk dalam batasan (range) standar ASTM A36. |
| PERBANDINGAN KINERJA SISTEM PENDINGIN YANG DIGUNAKAN UNTUK WATER HEATER DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SERPENTINE DAN CIRCULAR | Author : I Wayan Sugita, Darwin Rio Budi Syaka, Edi Dwi Saputro | Abstract | Full Text | Abstract :Tujuan penelitian ini adalah untuk memanfaatkan kembali panas buang dari kondensor AC yang dibuang begitu saja ke lingkungan. Dengan mengurangi panas buang yang dikeluarkan oleh kondensor AC dapat mengurangi konsumsi listrik yang berdampak pada penghematan energi dan pengurangan efek dari pemanasan global.Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dimulai pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2015. Pada penelitian ini dilakukan pengambilan data berupa suhu air input, suhu air output, suhu udara, suhu output kompresor, suhu output kondensor, suhu output evaporator, dan suhu permukaan pipa tembaga pada heat exchanger. Sedangkan dalam pengambilan data penunjangnya dilakukan pengambilan data pada tekanan refrigerant, dan arus sistem. Pengambilan data suhu penelitian dilakukan pada 3 tekanan refrigerant yang berbeda, tekanan refrigeran 80, 75, dan 70 psi. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa alat penukar kalor tipe circular memberikan hasil lebih baik dibandingkan tipe serpentine. Efisiensi penukar kalor tipe circular yaitu sebesar 69,34% pada tekanan refrigeran 70 psi dan untuk tipe serpentine yaitu sebesar 62,8% pada tekanan yang sama |
| PENGARUH PEMBERIAN ADITIF TERHADAP PRESTASI MESIN DIESEL OM 444LA | Author : Audri D. Cappenberg | Abstract | Full Text | Abstract :Motor diesel banyak digunakan sebagai motor penggerak. Untuk pengoperasian motor digunakan bahan bakardiesel yang merupakanbahan bakar cair. Bahan bakar diesel (solar) diproduksi sesuai persyaratan mutu yang telah ditetapkan. Namun ada juga upaya untuk meningkatkan kualitasnya yaitu dengan menambahkan zat adiktif kedalam bahan bakar. Sehubungan dengan penambahan zat adiktif pada bahan bakar, maka diadakan pengujian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap prestasi kerja motor, yaitu konsumsi bahan bakar (FC) dan daya poros mesin (BHP)Pengujian dilakukan dengan penambahan zat adiktif secara bervariasiyaitu dari 0.2 % sampai dengan 1 %.Hasilnya adalah terjadi penurunan konsumsi bahan bakar bila dibandingkan dengan bahan bakar yang tidak menggunakan adiktifdan peningkatan daya poros (BHP).Pada penambahan adiktif 0.2% sampai dengan 1 % terjadi penurunan konsumsi bahanbakar antara 0.123 l/h (dari 6 l/hmenjadi 5.877 l/h)sampai dengan 0.24l/h ( 6 l/h menjadi 5.76 l/h). Untuk daya poros terjadi peningkatan antara 0.25 PS ( dari 22.232PS menjadi 22.732PS) sampai 0.5 PS ( dari 22.232 PS menjadi 22.732 PS), dan ada penurunan sebesar 0.5 PS pada penambahan zat adiktif 1%. |
| PENGARUH PERUBAHANIGNITION TIMINGTERHADAP KINERJAMESIN SEPEDA MOTOR AUTOMATIC 115CC | Author : Ragil Sukarno, Darwin Rio Budi Syaka , Adhitya Randa Asier | Abstract | Full Text | Abstract :Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan waktu pengapian (ignitiontiming) terhadapkinerja mesin dalam bentuk daya dan torsi dan konsumsibahan bakardengan menggunakan ECU programmable yang diterapkan pada mesin sepeda motor Automatic 115cc.Pengujian daya dan torsi dilakukan dengan menggunakan dinamometer terhadap sepeda motor dengan 5 variasi waktu pengapian, yaitu waktu pengapian standar (150Sebelum TMA), 17,5º sebelum TMA, 20º sebelum TMA, 22,5º sebelum TMA dan 25º sebelum TMA.Pengujian konsmusi bahan bakar juga dilakukan terhadap sepeda motorpada tiap-tiap variasi waktu pengapian.Dari hasil pengujian didapatkan bahwaperubahan waktu pengapian dapat menaikkan kinerjamesin dan menurunkan konsumsibahan bakar. Waktu pengapian terbaik terjadi pada 17,50º sebelum TMA yang menghasilkan torsi sebesar 14,36 N.m atau mengalami kenaikan 12,5% dari torsi mesin waktu pengapian standardan daya mesin sebesar 8,6HP atau mengalami peningkatan sebesar 13,9% dari daya mesin pada waktu pengapian standar. Perubahan waktu pengapian ke 17,50º sebelum TMA juga menurunkan konsumsi bahan bakar menjadi0,1480 ml/s atau mengalami penurunan28,95% dari konsumsi bahan bakar pada waktu pengapian standar. |
|
|