Patofisiologi Kesadaran Menurun | Author : Akina Maulidhany Tahir | Abstract | Full Text | Abstract :Kesadaran adalah kondisi sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan. Kesadaran terdiri dari dua aspek yaitu bangun (wakefulness) dan ketanggapan (awareness). (Avner,2006) Kesadaran diatur oleh kedua hemisfer otak dan ascending reticular activating system (ARAS), yang meluas dari midpons ke hipotalamus anterior. RAS terdiri dari beberapa jaras saraf yang menghubungkan batang otak dengan korteks serebri. Batang otak terdiri dari medulla oblongata, pons, dan mesensefalon. Proyeksi neuronal berlanjut dari ARAS ke talamus, dimana mereka bersinaps dan diproyeksikan ke korteks. |
| Efektifitas Ekstrak Buah Sawo Manila (Achras Zapota L.) terhadap Salmonella Typhi dengan Metode Agar Difus | Author : Hasta Handayani Idrus, Lisa Yuniati, Andi Muhammad Fadilah, Yusriani Mangarengi, Yani Sodiqah | Abstract | Full Text | Abstract :Latar Belakang: Demam tifoid adalah infeksi sistemik akibat Salmonella enterica serotype typhi (S. typhi). Pada tahun 2004 S. typhi diperkirakan menginfeksi 21,7 juta orang dan menyebabkan 217.000 kematian di seluruh dunia. Insidensi tinggi demam tifoid (>100 kasus/100.000 populasi/tahun) ditemukan di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika Selatan, sebanyak 80% kasus berasal dari area kumuh di Bangladesh, Cina, India, Indonesia, Laos, Nepal, Pakistan, dan Vietnam. Tujuan: Untuk Mengetahui efektifitas ekstrak buah sawo manila (Achras zapota L.) terhadap Salmonella typhi dengan metode agar difus dengan mengetahui sensitivitas Salmonella typhi penyebab demam tifoid terhadap buah sawo manila dalam menekan pertumbuhan bakteri dan mengukur zona hambat ekstrak buah sawo manila terhadap Salmonella typhi dalam menekan pertumbuhan bakteri. Metode: Penelitian ini adalah penelitian true experimental post test dengan menggunakan metode disc diffusion untuk melihat efektivitas ekstrak buah sawo manila (Achras zapota L.). Hasil: Dari konsentrasi 100%, 200% dan 400% di dapatkan dari sawo manila yang diencerkan menggunakan DMSO bahwa pada konsentrasi 100% didapatkan zona hambat yang terbentuk dengan interpretasi resisten, 200% didapatkan zona hambat yang terbentuk dengan interpretasi intermediet dan 400% didapatkan zona hambat yang terbentuk dengan interpretasi sensitif, terhadap bakteri Salmonella typhi. |
| Hubungan antara Kadar Plasminogen Activator Inhibitor-1 Serum dengan Derajat Kontrol Penderita Asma | Author : Andi Kartini Eka Yanti | Abstract | Full Text | Abstract :Latar Belakang: Asma merupakan penyakit heterogen ditandai hiperrespons dan inflamasi saluran napas. Proses inflamasi pada asma erat hubungannya dengan remodelling saluran napas. Plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) adalah enzim penghambat pada cascade plasminogen-plasmin sehingga menyebabkan deposisi matrix extracellular dan proses fibrosis pada remodeling jalan napas. Salah satu faktor penyebab asma tidak terkontrol dihubungkan dengan proses remodeling jalan napas. Tujuan: Menilai hubungan antara kadar PAI-1 serum dengan derajat kontrol penderita asma. Metode: Penelitian observational ini menggunakan metode rancangan potong lintang, dilaksanakan pada bulan April-Juni 2016 di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS Universitas Hasanuddin, pada penderita asma dengan umur >18 tahun, bukan perokok dan tidak menderita infeksi paru. Kadar PAI-1 diperiksa dengan metode teknik enzyme linked immune sorbent assay, dan metode analisa statistik menggunakan SPSS versi 22. Derajat kontrol asma dinilai menggunakan modifikasi kriteria GINA 2015. Hasil: Sebanyak 47 subyek asma yang diperiksa, berumur 20-74 tahun, perempuan lebih banyak dibanding laki- laki (70,2% vs 29,8%),76,6% subyek non-obes, dan 53,2% menderita asma tidak terkontrol. Didapatkan rentang kadar PAI-1 serum yaitu 0,95-33,39 U/mL dengan rerata 5,73+5,75. Pada subyek dengan asma tidak terkontrol, rerata kadar PAI-1 serum signifikan lebih tinggi dibanding asma terkontrol (p=0,003). Berdasarkan umur, subyek yang <50 tahun dengan derajat asma tidak terkontrol, rerata kadar PAI-1 serum signifikan lebih tinggi dibanding asma terkontrol (p=0,007). Subjek obese dengan asma tidak terkontrol, kadar PAI-1 lebih tinggi dibandingkan dengan subjek obese asma terkontrol, meskipun secara statistik tidak signifikan (p>0,05). Subjek non-obese dengan asma tidak terkontrol, kadar PAI-1 signifikan lebih tinggi dibandingkan subjek non-obese dengan asma terkontrol (p=0,007). Kesimpulan: Kadar PAI-1 ditemukan lebih tinggi secara bermakna pada asma tidak terkontrol. |
| Hubungan Status Fisik Pra Anestesi Umum dengan Waktu Pulih Sadar Pasien Pasca Operasi Mastektomi di RS Ibnu Sina Februari - Maret 2017 | Author : Faisal Sommeng | Abstract | Full Text | Abstract :Latar belakang: Keganasan yang menyerang wanita yaitu kanker payudara. Kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu pembedahan untuk mengangkat sebanyak mungkin tumor. Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi yaitu pengangkatan seluruh payudara. Untuk memfasilitasi operasi ini, anestesi umum merupakan teknik yang paling sering dipilih. Untuk menentukan prognosis ASA (American Society of Anesthesiologists) membuat klasifikasi berdasarkan status fisik pasien pra anestesi yang membagi pasien ke dalam 5 kelompok atau kategori dari ASA I – V. Evaluasi pra anestesi pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas perioperatif dan untuk menghilangkan kecemasan pasien. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel berjumlah 8 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi di RS Ibnu Sina. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner data yang berupa daftar isian untuk mencatat status fisik pra anestesi umum dan waktu pulih masing-maisng pasien, serta lembar penilaian skala modifikasi sedasi Ramsay untuk mengukur tingkat sedasi pada pasien. Analisa data pada penelitian ini digunakan uji statistik bivariat menggunakan metode analisis korelasi Spearman rho. Hasil: Dari 8 sampel yang diperoleh, didapatkan 2 responden (25%) memiliki status fisik pra anestesi umum ASA I, 4 responden (50%) memiliki status fisik pra anestesi umum ASA II, dan 2 responden (25%) memiliki status fisik pra anestesi umum ASA III. Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran waktu pulih sadar dari anestesi umum yaitu waktu yang dihitung mulai voltile ditutup yang di lakukan pada jahitan terakhir kulit sampai dengan pasien mencapai modifikasi skala sedasi ramsay 2 dimana pasien dapat mencapai tingkat sedasi yang ringan, kooperatif, berorientasi dan tenang. Di dapatkan perbedaan rerata waktu pulih sadar pasien pasca operasi mastektomi dengan status fisik pra anestesi umum kirteria ASA 1 (12 menit), ASA II (26 menit 25 detik) dan ASA III (36 menit). Dari hasil pengujian data menunjukkan nilai sig. (2-tailed) 0,025 < 0,05, maka artinya terdapat hubungan yang signifikan (berarti) antara variabel independen dan variabel dependen sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan antara status fisik pra anestesi umum maka waktu pulih pasien pasca operasi mastektomi. Kesimpulan: Hasil penelitian di RS Ibnu Sina Februari – Maret 2017 menunjukkan adanya hubungan antara status fisik pra anestesi umum dengan waktu pullih pasien pasca operasi mastektomi dengan nilai sig. (2-tailed) 0,025 < 0,05 yang berarti H1 diterima. |
| Hernia Diafragmatika Kongenital (HDK) | Author : Suciati Hambali | Abstract | Full Text | Abstract :Hernia diafragmatika kongenital adalah malformasi yang ditandai oleh defek foramen Bochdalek di bagian posterolateral diafragma dimana visera abdomen masuk ke toraks melalui foramen tersebut, sejak masa kehidupan janin. Menurut laporan, insiden hernia diafragmatika congenital bervariasi yaitu 1 dari 2200 kelahiran sampai 1 diantara 5000 kelahiran. Polihidramnosis terdapat pada 20% kehamilan yang melahirkan anak penderita HDK dan 50% kehamilan yang mengandung janin dengan HDK akan lahir mati. 80% hernia diafragma dilaporkan terjadi pada sisi kiri dan 20% pada sisi kanan. HDK bilateral jarang terjadi. Ukuran defek bervariasi, mulai dari yang kecil berdiameter 2-3 cm sampai ukuran sangat besar yang hampir mengenai satusisidiafragma. Biasanya di sekitar defek terdapat cincin muscular yang sering tertutup oleh peritoneum di bagian posteromedialnya. |
| Dermatitis Atopik pada Anak | Author : Nurelly N Waspodo | Abstract | Full Text | Abstract :Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronik relaps yang terjadi umumnya pada anak tapi dapat juga terjadi pada orang dewasa. Rash ditandai dengan papul yang gatal (umumnya vesikel pada infant) yang menjadi ekskoriasi dan likenifikasi, dan khas terdapat pada daerah fleksural. Etiologi dan patogenesis penyakit ini merupakan kompleks interaksi antara suseptibilitas genetik yang menghasilkan defek barier kulit, defek pada sistem innate immunity, dan meningkatkan respon imunologik alergen dan antigen mikroba. Dilaporkan satu kasus dermatitis atopik, yang memberikan respon baik terhadap pengobatan dengan kortikosteroid topikal dan antihistamin. |
|
|