Pemanfaatan Eceng Gondok Sebagai Pengikat Logam Berat Pada Air Sungai Kahayan Di Kota Palangka Raya | Author : Sri Rahayu | Abstract | Full Text | Abstract :Pencemaran lingkungan, terutama air sungai, mencuat sejak beberapa dekade yang lalu seiring dengan merebaknya penambangan liar emas terutama di daerah hulu Sungai Kahayan. Air raksa sebagai pengikat dan pemurni dalam penambangan emas disadari memiliki dampak negatif yang lebih besar, yaitu mencemari air sungai. Masyarakat yang menempati bagian hilir sungai dan perusahaan air minum mau tidak mau memanfaatkan air yang sudah tercemar. Makalah ini akan membahas pemanfaatan eceng gondok yang dianggap sebagai tanaman pengganggu dialihfungsikan sebagai pengikat logam berat pada air sungai yang tercemar. Tujuan yang ingin dicapai ialah memaksimalkan sumber daya alam lokal yang melimpah, yaitu eceng gondok, untuk mengoptimalkan kebermanfaatan sumber daya alam yang lain, yaitu air sungai. Alat dan bahan yang perlu disiapkan ialah serbuk eceng gondok yang dikemas dalam wadah teh celup dan sampel air Sungai Kahayan. Serbuk eceng gondok dicelupkan ke dalam air sampel tersebut dengan berbagai variasi waktu, yaitu 1, 6, 12, 24, dan 48 jam. Perubahan kemudian diamati dan dianalisis apakah konsentrasi air raksa dalam air Sungai Kahayan berkurang. Dari pengujian ini diharapkan eceng gondok dapat dimaksimalkan fungsinya, sementara ketersediaan air bersih yang bebas bahan-bahan pencemar makin banyak. |
| Pengembangan Bahan Ajar Materi Unsur Nitrogen Dan Fosfor Berbasis Kontekstual Untuk Mata Kuliah Kimia Dasar | Author : Abdul Hadjranul Fatah, Agtri Wulandari | Abstract | Full Text | Abstract :Kimia dasar merupakan ilmu kimia yang berperan penting dalam mempelajari materi kimia lanjut dan sebagai dasar perkembangan ilmu pengetahuan di masyarakat. Hasil belajar mahasiswa pada salah satu universitas di Palangka Raya menunjukkan bahwa masih terdapat mahasiswa yang tidak lulus mata kuliah Kimia Dasar. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar karena buku ajar yang digunakan masih bersifat informatif. Tahap penelitian pengembangan menggunakan model 4-D Thiagarajan yang terdiri dari define, design, development, dan disseminate. Tahap disseminate pada penelitian ini tidak dilakukan karena disesuaikan dengan tujuan penelitian. Validasi produk dilakukan oleh 3 orang ahli dan diuji keterbacaannya pada mahasiswa. Hasil pengembangan berupa Bahan Ajar untuk Mahasiswa dan Buku Petunjuk Dosen. Persentase kelayakan yang diberikan oleh validator untuk Bahan Ajar Mahasiswa sebesar 91,2% dan Buku Petunjuk Dosen yaitu 92,4%, sedangkan persentase kelayakan berdasarkan uji keterbacaan mahasiswa sebesar 81,3%. Dapat disimpulkan bahwa produk pengembangan yaitu Bahan Ajar Unsur Nitrogen dan Fosfor berbasis Kontekstual untuk Mata Kuliah Kimia Dasar dikategorikan layak. |
| Pengembangan Bahan Ajar Kimia Bahan Makanan Berbasis Web | Author : Nopriawan Berkat Asi | Abstract | Full Text | Abstract :Kimia bahan makanan adalah salah satu mata kuliah pilihan di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Palangka Raya. Pengembangan bahan ajar kimia bahan makanan berbasis web sebagai upaya memanfaatkan fasilitas komputer dan internet yang tersedia. Salah satu kelebihan bahan ajar berbasis web adalah memberi kemudahan bagi mahasiswa mengakses kembali bahan ajar setelah pembelajaran di kelas. Pemanfaatan teknologi komputer dan internet sebagai media pengembangan bahan ajar berbasis web di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Palangka Raya diharapkan dapat meningktakan kualitas pembelajaran. Bagi dosen dan mahasiswa dapat memberikan kemudahan dalam pengarsipan bahan ajar, kemudahan akses membuka arsip bahan ajar, kemudahan dalam melakukan perbaikan bahan ajar dan kemudahan dalam pembaharuan bahan ajar. Metode pengembangan bahan ajar kimia bahan makanan berbasis web yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research and Development) yang disingkat dengan R&D. Gall et al. (2003) menyatakan R&D adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan. Pengembangan ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan model 3D, yaitu Define, Design, dan Develop, modifikasi model 4D Thiagarajan. Pada penelitian dilakukan uji coba skala terbatas. Bahan ajar kimia bahan makanan berbasis web berupa website pembelajaran dengan alamat www.kimia-kesehatan.blogspot.co.id layak digunakan sebagai media bahan ajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Palangka Raya. |
| Pemanfaatan Daun Kelampan Sebagai Biopestisida Dalam Penanggulangan Hama Pada Tanaman Cabai | Author : Dian Aristina | Abstract | Full Text | Abstract :Kelampan (Cerbera odollam) adalah tanaman yang banyak dijumpai disekitar kita sebagai tanaman penghijauan atau tanaman peneduh. Tanaman Kelampan mengandung senyawa golongan alkaloid yang bersifat racun,yaitu cerberin. Cerberin merupakan racun yang sangat berpengaruh terhadap mortalitas pada serangga. Tanaman cabai termasuk dalam tanaman favorit para petani yang menjanjikan keuntungan dengan harganya yang sering melambung tinggi. Namun serangan hama ulat sering menggangu para petani untuk dapat menghasilkan cabai yang diinginkan. Oleh karena itulah dilakukan penelitian untuk memanfaatkan daun Kelampan sebagai biopestisida dalam penanggulangan hama ulat pada tanaman cabai. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen di kebun sayur milik salah satu warga di Kec.Kota Besi. Bagian tanaman Kelampan yang digunakan sebagai biopestisida adalah daunnya baik daun kering dan daun basah. Penelitian dilakukan dengan menyemprotkan ekstrak daun kelampan dengan beberapa varian konsentrasi 100mL/L(v/v),200mL/L (v/v),300 mL/L (v/v) dan 400 mL/L (v/v) pada tanaman cabai yang berumur 15 hari. Pembuatan ekstrak daun kelampan menggunakan bahan yang sederhana sehingga para petani bisa mengaplikasikannya dengan mudah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kelampan berpengaruh secara signifikan terhadap mortalitas ulat grayak yang dilihat dari jumlah daun berlubang pada tanaman cabai. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan hasil penelitian ini. |
| Identifikasi Sifat Asam Basa Menggunakan Indikator Alami Bunga Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) | Author : Media Br. Karo | Abstract | Full Text | Abstract :Selain kandungan antioksidan pada buah, daun Karamunting mengandung senyawa golongan flavonoid, steroid, triterpenoid, tanin galat, tanin katekekat, kuinon dan unsur natrium, kalsium, kalium serta magnesium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah bunga karamunting dapat di gunakan sebagai indikator alami untuk menentukan sifat asam basa suatu larutan. Metode penelitian 1) Menyiapkan bunga karamunting. 2) Membuat ekstrak bunga karamunting. Pada pembuatan indickator alami, bunga di cuci dengan air mengalir agar bersih juga dimaksudkan agar pigmen warna bunga tidak ikut larut dalam air. Bunga yang sudah di cuci di haluskan kemudian di saring. 3) Meneteskan ekstrak bunga karamunting pada Larutan cuka, Air jeruk nipis, air Kapur, dan air sabun. 4) Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan estrak bunga karamunting dapat dijadikan indikator alami untuk menentukan sifat asam dan basa suatu zat atau senyawa karena memberikan perubahan warna yang jelas pada asam dan basa. Pada larutan asam menjadi merah muda dan pada larutan basa menjadi coklat. |
| Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa pada Materi Mekanika | Author : Ellyna Hafizah, Misbah, Syubhan An’nur | Abstract | Full Text | Abstract :Mekanika merupakan bagian dari pembelajaran dalam mata kuliah fisika dasar. Mekanika mencakup kinematika partikel dan dinamika partikel. Pokok bahasan dalam mekanika merupakan suatu bahasan yang sering bersinggungan dengan kehidupan mahasiswa. Melihat karakteristik materi pada mekanika ini maka kemampuan pemecahan masalah sangat diperlukan untuk memahami materi tersebut. Berdasarkan hal tersebut, kemampuan pemecahan masalah mahasiswa perlu untuk dianalisis sejauh mana kemampuan yang sudah dimiliki untuk lebih memudahkan suatu pembelajran. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan IPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Instrumen yang digunakan berupa tes yang kemudian dianalisis menggunakan rubrik penilaian kemampuan pemecahan masalah. Hasil data kemampuan pemecahan masalah berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah mahasiswa tergolong baik. Namun mahasiswa sering melewatkan tahapan mengecek dan mengevaluasi solusi. |
| Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Mantangai Terhadap Materi Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana Tahun Pelajaran 2016/2017 | Author : Murjani | Abstract | Full Text | Abstract :Telah dilakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) terhadap materi tata nama senyawa pada kelas XB SMK Negeri 1 Mantangai. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap materi tata nama senyawa dan (2) mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas XB SMK Negeri 1 Mantangai dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang. Data dikumpulkan melalui teknik tes dan angket yang selanjutnya dianalisis menggunakan teknik persentase. Penelitian ini dikatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa mencapai taraf penguasaan =75 dari materi yang diajarkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi tata nama senyawa kimia sederhana. Terjadi peningkatan ketuntasan dari siklus I ke siklus II yakni dari 62% menjadi 86% dan rata-rata nilai siswa meningkat dari 65,8 menjadi 85,8 (2) siswa memberikan respon positif terhadap proses pembelajaran tata nama senyawa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. |
| Kelakai Sebagai Antianemia | Author : Putri Eka Yulianthima | Abstract | Full Text | Abstract :Kelakai adalah salah satu tumbuhan jenis paku-pakuan. Kelakai termasuk tumbuhan yang mudah ditemukan di daerah tanah gambut seperti di Kalimantan Tengah. Berdasarkan hasil penelitian tahun 2005 yang dilakukan oleh Hayinah, dkk, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, kandungan zat besi yang terdapat di dalam kelakai yaitu 291,32 mg per 100 g. Kekurangan darah atau anemia adalah keadaan dimana rendahnya hemoglobin yang dapat menyebabkan produksi eritrosit rendah. Inti molekul hemoglobin adalah zat besi (Fe). Sehingga, kekurangan zat besi menjadi salah satu faktor penyebab anemia. Hal ini akan menyebabkan berbagai gejala anemia seperti mudah letih, lesu, wajah pucat, pusing, daya tahan tubuh menurun, dan detak jantung lebih cepat. Adanya zat besi pada kelakai dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam tubuh sehingga membantu mengurangi gejala penderita anemia. Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah deskriftif. Penulis hanya menganalisis fakta-fakta yang sudah ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar tentang cara mengatasi anemia dengan memanfaatkan tumbuhan kelakai. |
| Kesulitan Memahami Konseptual Dan Prosedural Kesetimbangan Kimia Pada Siswa SMA Di Kota Palangka Raya | Author : Seliwati | Abstract | Full Text | Abstract :Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesulitan siswa kelas XI MIPA SMA Negeri dan Swasta di Kota Palangka Raya dalam memahami konseptual dan prosedural kesetimbangan kimia Tahun Ajaran 2017/2018. Ilmu kimia memiliki beberapa karakteristik yang khas, antara lain : 1) sebagian besar materi kimia bersifat abstrak yaitu konsep yang termasuk dalam tataran mikroskopis ; 2) ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya; 3) materi kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal secara matematis melainkan harus mempelajari deskripsi kimia, peristilahan khusus dan aturan-aturan kimia. Karakteristik ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu matematis dan non matematis. Pengetahuan matematis dapat dijelaskan dengan rumus dan perhitungan kimia yang terletak pada level pengetahuan prosedural dan pengetahuan non matematis dapat dijelaskan dengan menggunakan level pengetahuan konseptual. Konsep kesetimbangan kimia tergolong sulit untuk dipelajari. Kesulitan tersebut terutama disebabkan konsep kesetimbangan kimia yang merupakan penjelasan dari keadaan mikroskopis dan konsep yang berkembang seara berurutan. Konsep kimia yang merupakan konsep abstrak akan dapat dipahami oleh siswa apabila siswa mampu menciptakan gambaran batin yang benar. Siswa diharapkan memahami pengetahuan konseptual dan prosedural tersebut. Hasil tes siswa tentang pemahaman konseptual dan prosedural kesetimbangan kimia diharapkan mencapai ketuntasan 100 %. |
| Penggunaan LKS Berbasis Learning Cycle-5e Pada Pembelajaran Tata Nama Senyawa Anorganik | Author : Andria Evina | Abstract | Full Text | Abstract :Penulisan kajian ini bertujuan mengkaji penggunaan LKS berbasis Learning Cycle-5E pada pembelajaran tata nama senyawa anorganik. Untuk mempelajari tata nama senyawa anorganik diperlukan pengetahuan tentang konsep Redoks terutama bilangan oksidasi. Adanya kesulitan dalam memahami suatu konsep maka akan berakibat terjadinya kesulitan pula dalam memahami konsep berikutnya. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar, pembelajaran seperti ini disebut pembelajaran yang berpusat pada siswa atau Student Centered. Siswa diharapkan mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuan-pengetahuan yang harus dimiliki berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Penggunaan LKS berbasis Learning Cycle-5E pada pembelajaran tata nama senyawa anorganik diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna, sehingga hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa meningkat. Pembelajaran kimia yang bermakna terwujud karena implementasi Learning Cycle-5E sesuai dengan prinsip pembelajaran konstruktivisme yang dilakukan melalui kegiatan Engagement, Eksplorasi, Eksplanasi, Elaborasi, dan Evaluasi. |
| Penggunaan LKS Dengan Pendekatan Saintifik Berbasis Discovery Learning Pada Pembelajaran Larutan Asam Dan Basa | Author : Rini Sundari | Abstract | Full Text | Abstract :Penerapan Kurikulum 2013 memerlukan perubahan paradigma pembelajaran, dimana siswa dilatih untuk belajar mengobservasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis (mengasosiasi) data, dan mengkomunikasikan hasil belajar yang disebut juga dengan pendekatan saintifik. Selain itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI sangat menyarankan penggunaan model discovery learning dalam pembelajaran Kurikulum 2013. Salah satu tujuan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah untuk memantapkan pemahaman siswa melalui proses mengarahkan kegiatan belajar siswa. Sehingga penggunaan LKS dalam pembelajaran diharapkan dapat membangun konsep siswa menjadi lebih baik. LKS yang dikembangkan memiliki tahapan yang disesuaikan dengan model discovery learning. Terdapat enam tahapan model discovery learning yakni stimulasi, identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, verifikasi, dan generalisasi. Materi kimia yang berperan penting dalam membangun konsep materi-materi kimia yang lain salah satunya adalah larutan asam dan basa. Hasil identifikasi pemahaman konsep larutan asam dan basa oleh Meylindra, dkk (2013) diperoleh bahwa pemahaman konsep larutan asam dan basa tergolong cukup (64,29%). Masih rendahnya pemahaman konsep larutan asam dan basa ini menarik perhatian penulis untuk mengkaji pada materi tersebut. Pembelajaran kimia yang memiliki karakteristik sebagai proses (kerja ilmiah) mengisyaratkan bahwa penggunaan LKS dengan pendekatan saintifik berbasis discovery learning dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa melalui keterampilan kerja ilmiah (keterampilan saintifik) serta meningkatkan pemahaman konsep siswa khususnya pada konsep larutan asam dan basa. |
| Mengontruksi Pengetahuan Kimia Menggunakan Penalaran Induktif Dengan Bantuan Lembar Kerja | Author : Abudarin | Abstract | Full Text | Abstract :Hasil Studi PISA tahun 2015 menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik dalam menalar masih rendah, oleh karena itu peserta didik perlu didorong untuk mengonstruksi sendiri pengetahuan yang harus mereka kuasai melalui proses menalar. Tulisan ini berupaya untuk: (i) menjelaskan perspektif konstruktivisme dalam belajar dan pembelajaran; (ii) menjelaskan perlunya panduan belajar dalam mengonstruksi pengetahuan menggunakan penalaran induktif, (iii) megungkapkan kemampuan peserta didik dalam mengonstruksi pengetahuan kimia. Berdasarkan kajian teoritis dan empiris dapat diungkapkan hal-hal berikut. Dalam perspektif teori konstruktivisme belajar adalah proses dimana individu membangun struktur kognitif mereka, dengan demikian pembelajaran adalah proses dimana peserta didik aktif secara mental mengonstruksi pengetahuan baru yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Proses membangun pengetahuan dilakukan melalui aktivitas berfikir baik secara induktif maupun deduktif, namun demikian dalam praktiknya berpikir induktif lebih banyak digunakan dalam menemukan pengetahuan baru. Sebagai fasilitator tugas utama pendidik dalam pembelajaran konstruktivistik adalah “memampukan” peserta didik untuk mengonstruksi sendiri pengetahuan yang harus mereka kuasai melalui pemberian arahan, tuntunan, dan bimbingan yang efektif. Arahan, tuntunan, dan bimbingan akan lebih efektif apabila dikemas dalam panduan belajar misalnya dalam bentuk lembar kerja. Penyususunan lembar kerja dimulai dengan penyusunan kisi-kisi yang setidaknya memuat komponen indikator/tujuan pembelajaran, ungkapan pengetahuan yang harus dikonstruksi, data/informasi yang diperlukan, sumber data/informasi, cara memperoleh data/informasi, prasyarat pengetahuan, dan fasilitasi pendidik. Dengan menggunakan panduan belajar yang tepat peserta didik mampu mengonstruksi pengetahuan kimia dengan benar. |
|
|