PEMERINTAHAN ALI BIN ABI THALIB DAN PERMULAAN KONFLIK UMAT ISLAM: PERISTIWA TAHKIM | Author : Junaidin | Abstract | Full Text | Abstract :Artikel ini bermaksud mengulas bagaimana sejarah pemerintahan sahabat Ali bin Abhi Thalib yang kemudian mendapat pemberontakan dari masyarakat saat itu. Hal tersebut tidak terlepas dari buntut kebijakan-kebijakan yang diambil Ali ibnu Abhi Thalib yang dinilai begitu gegabah karena berani menurunkan pejabat-pejabat yang diangkat sahabat Utsman ibnu Affan sebelum pendukungnya resmi membaiat Ali sebagai Khalifah. Terlebih upaya menuntut kematian Utsman yang dilakukan keluarganya seperi Aisyah, Thalhah, dan Zubair yang kemudian dimanfaatkan oleh Muawiyah ibnu Abu Suffyan sebagai peluang menjatuhkan Ali ibnu Abhi Thalib. Sehingga polemik tersebut melahirkan perang Jamal, perang Siffin, dan peristiwa Tahkim yang melegenda. Kekuatan diplomatik Amr yang licik kemudian menurunkan Ali sebagai Khalifah dan menaikkan Muawiyah sebagai khalifah yang resmi. Kemunculan Khawarij sebagai pemberontak yang berniat membunuh Ali, Muawiyah dan Amr semakin menambah kecurigaan kepada kubu Muawiyah. Mengingat hanya Ali seorang yang berhasil dibunuh oleh kaum Khawarij, sementara Amr, dan Muawiyah selamat. Kematian Ali sekaligus memulai babak baru dari munculnya dinasti Umayyah. |
| AL-IMAM AL-MAHDI AL-MUNTADHAR PERSPEKTIF SUNNI SYI’AH | Author : Syukri Abubakar | Abstract | Full Text | Abstract :Imam Mahdi diyakini oleh kalangan umat Islam baik Sunni maupun Syi’ah akan hadir pada akhir zaman kelak. Keyakinan ini diperkuat oleh nash al-Qur’an dah Sunnah Nabi Muhammad Saw. Namun mereka berbeda pandangan terkait siapa sosok Imam Mahdi al-Muntadhar. Bahkan di kalangan Sunni dan Syi’ah sendiri memiliki beragam pandangan. Di kalangan Sunni terdapat tiga pendapat tentang Imam Mahdi. Pertama, Imam Mahdi berasal dari keturunan Fatimah az-Zahra, namanya sama dengan nama Nabi Muhammad Saw. dan nama ayahnya sama dengan nama ayahnya Nabi Muhammad Saw., yakni Abdullah. Kedua, Imam Mahdi hanya merupakan figur seorang penyelamat kehidupan manusia. Dengan demikian, ia tidak harus berasal dari keturunan Fatimah az-Zahra saja, namun seorang muslim. Ketiga, Imam Mahdi bukan merupakan sosok perorangan tetapi simbol kemenangan kebenaran terhadap kebatilan atau simbol kemenangan keadilan terhadap ketidakadilan. Anggapan ini banyak dianut oleh pemikir modern. Di kalangan Syi’ah juga terdapat tiga pendapat mengenai sosok Imam Mahdi. Pertama, golongan Kaisaniyah yang mengganggap Muhammad bin Hanafiah, putra Ali bin Abi Thalib sebagai Imam Mahdi. Kedua, Syi’ah Isma’iliyah as-Sab’iyah (Syi’ah Tujuh Imam) mengklaim Isma’il bin Ja’far as-Sadiq sebagai Imam Mahdi. Ketiga, Syi’ah dua belas atau syi’ah Imamiyah menganggap imam Mahdi adalah imam yang ke dua belas yang bernama Muhammad bin Hasan al-Mahdi. Ayahnya bernama Muhammad bin al-Hasan al-‘Askari bin Imam Ali al-Hadi bin Imam Muhammad al-Jawad bin Imam Ali Ar-Ridha bin Imam Musa al-Kadzim bin Imam Ja’far Ash-Shodiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam al-Husain bin Imam Ali bin Abi Thalib as. Ibunya adalah Nargis yang dulunya seorang jariah. |
| KONSEPSI KEAGAMAAN DAN KEPEMIMPINAN SUNNI VS SYIAH | Author : Irwan Supriadin J | Abstract | Full Text | Abstract :Artikel ini merupakan kajian kepustakaan yang bertujuan menelusuri jejak literatur untuk dapat memahami konsep keagamaan dan kepemimpinan Sunni vs Syi’ah yang selama ini seringkali menjadi bahan perbincangan di kalangan akademisi dunia. Problematika yang timbul di kalangan Sunni dan Syi’ah tidak hanya hadir pada sisi perpolitikannya saja, melainkan pada konsep keagamaan dan kepemimpinan turut menjadi polemik. Seperti peristiwa Arab Spring yang mengakibatkan runtuhnya kekuasaan Muammar Qadafy di Libya dan Ben Ali di Tunisia hubungan Sunni dan Syiah turut diwarnai perbedaan. Kesimpulan dari artikel ini kemudian menampilkan Sunni maupun Syiah sepakat bahwa keberadaan pemerintahan khilafah/imamah adalah kewajiban dalam kehidupan umat Islam. |
| KAJIAN MATAN DAN SYARAH HADIS TENTANG WAJIB MANDI BAGI PEREMPUAN YANG MIMPI BASAH | Author : Ana Cahayani Fatimah | Abstract | Full Text | Abstract :Artikel ini mengkaji sanad dan matan hadis melalui periwayatan Ahmad Bin Hanbal, ditemukan bahwa kualitas hadis dilihat dari segi sanad dan matannya berkualitas shahih. dan Secara dalil lelaki maupun wanita yang mimpi basah kemudian mengeluarkan mani maka dia wajib mandi. Sebaliknya, jika tidak mengeluarkan mani maka tidak wajib mandi, karena yang menjadi acuan mandinya adalah keluarnya mani, bukan mimpinya. Dan apabila memahami dan mempraktekkan dalil tentang wajib mandi bagi perempuan yang mimpi basah maka akan mendapatkan pahala karana Mandi Junub secara syariat adalah kewajiban sebagaimana Sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan Abu Malik Al Asy’ari ????? ??????? ??????? ??? ???? ???? ????:?????????? ?????? ?????????? (???? ????) “Kesucian (kebersihan) adalah bagian dari iman. sedangkan menjalankan perintah agama dengan benar sesuai tata aturan Allah swt. yang termuat dalam Al-Qur’an dan As-sunnah makan diberikann ganjaran pahala. |
| ARAB SUNNI DAN IRAN SYI`AH KONTEMPORER : KONFLIK ATAU PERSAINGAN? | Author : Muhammad Mutawali | Abstract | Full Text | Abstract :Artikel ini menjelaskan problematika yang terjadi antara aliran Sunni dan Syi`ah dimulai pasca meninggalnya Nabi Muhammad SAW. Sejarah mencatat bahwa telah terjadi sebuah konflik berkepanjangan yang dilatarbelakangi oleh konflik politik, konflik ideologi, konflik paradigma dan pemikiran yang menjadi faktor penghambat upaya rekonsiliasi, mengingat adanya peristiwa masa lampau yang sangat menyakitkan antara dua aliran tersebut. Bagi Syi`ah, kisah diskriminasi yang dialami oleh Ali bin Abi Thalib hingga tragedi Karbala dengan terbunuhnya Husein cucu Rasulullah dan kisah kepedihan Ahlul Bait menjadi ingatan sosial yang sangat menyakitkan. Bagi Sunni, penghinaan, cacian, makian dan pengkafiran yang ditujukan kepada para Sahabat utama Abubakar, Umar, Utsman dan Istri Rasulullah Aisyah Al-Kubra menjadi sebab utama disharmonisasi hubungan antara Sunni dan Syi`ah. Disharmonisasi tersebut berdampak pula pada hubungan antara negara-negara di Timur Tengah yang saling bersaing merebut pengaruh di Teluk hingga kini pasca the Arab Spring. |
| KAJIAN SANAD, MATAN DAN SYARAH HADIS TENTANG HUKUM BARANG TEMUAN | Author : Sampara Palili | Abstract | Full Text | Abstract :Artikel ini mengkaji sanad, matan dan syarah hadis tentang hukum barang temuan. Adapun metode yang digukan adalah library researc dengan menggunakan pendekatan normatif deskriptif yang menekankan pada analisis sumber-sumber data yang ditemukan. Hadis tentang hukum barang temuan diriwayatkan oleh 1) al-Bukhari dalam Shahih-nya 2) Muslim dalam Shahihnya, 3) al-Tirmidzi dalam Sunan-nya, 4) Abu Dawud dalam Sunan-nya 5) Ibnu Majah dalam Sunan-nya 6) Malik dalam al-Muatha 7) Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya. Hasil penelitian memberikan temuan jika seseorang menemukan barang, janganlah dia berani untuk mengambilnya kecuali jika dia mengetahui bahwa dirinya bisa amanah dalam menjaganya dan mampu untuk mengumumkannya sampai dia menemukan pemiliknya. Barangsiapa yang merasa bahwa dirinya tidak bisa amanah terhadap barang tersebut, maka dia tidak boleh mengambilnya. Jika dia mengambilnya, maka dia serupa dengan orang yang merampas harta orang lain. Sebab, dia mengambil harta orang lain dari sisi yang dia tidak diperbolehkan untuk mengambilnya. Juga karena dengan mengambilnya ketika itu, berarti ada perbuatan menyia-nyiakan harta orang lain. |
| MAHAR TANAH DALAM PEMAHAMAN MASYARAKAT BUGIS BONE DAN KEDUDUKANNYA DALAM ISLAM | Author : Rusman dan Abd. Rahman Kanang | Abstract | Full Text | Abstract :Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, bertujuan mengetahui dan menelaah mahar yang berupa sebidang tanah pada pernikahan masyarakat Bugis Bone berdasarkan perspektif hukum Islam dan Undang-Undang Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Penelitian ini akan mengungkap pemahaman masyarakat Bugis Bone mengenai mahar tanah, Kedudukannya maumpun kepastian hukum dari dua persektif tersebut. Lokasi penelitian ini di Kab. Bone Sulawesi Selatan. Sumber data diambil dari pengamatan atau observasi langsung terhadap tokoh masyarakat setempat yang dianggap memahami dan menjadikan sebidang tanah sebagai mahar dalam perkawinan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam bentuk peneliti sebagai instrumen utama, panduan observasi, panduan wawancara, dan cek list dokumen serta alat pendukung lainnya seperti kamera dan alat tulis. Teknik pengolahan data mulai pengumpulan data, reduksi data, mengatur data, dan memverifikasi data. Hasil penelitian yaitu menjadikan sebidang tanah sebagai mahar dalam perkawianan adat Bugis Bone adalah tradisi yang telah lama dipraktekkan. Tanah adalah benda atau barang yang paling baik dijadikan mahar karena mengandung nilai-nilai filosofis yang sejalan dengan kehidupan manusia. Bentuk kepemilikan mahar ada dua yaitu, memiliki hanya sebagian saja yaitu menikmati hasilnya tapi tidak menguasai obyek tanah sepenuhnya, yang kedua yaitu hanya sebagai simbol belaka. Disebutkan dalam akad tetapi pihak istri tidak mengetahui realitas obyek tanah. Peralihan tanah sebagai hak milik dengan mahar dibolehkan dalam hukum Islam tetapi tidak memiliki kepastian hukum dalam perspektif peraturan perundang-undangan. |
| PENGEMBANGAN MODEL TASAWUF OLEH GURU NGAJI SEBAGAI BASIS PEMBINAAN AKHLAK SANTRI DI TPQ AL-KHAIRAT RASABOU KOTA BIMA | Author : Abdul Salam | Abstract | Full Text | Abstract :Tasawuf adalah mengelola rohani dengan akhlak yang terpuji, akan tetapi tasawuf juga sebagai penyujian jiwa melalui metode tazkiyatun nafs. Tasawuf merupakan salah satu ilmu yang dapat membina akhlak santri-santriwati karena terdapat ilmu di dalamnya adalah ajaran akhlak. Model tasawuf di TPQ AL-KHAIRAT yang diajarkan dan dikembangkan oleh guru ngaji kepada santrinya merupakan pembelajaran yang fokus pada pembinaan nilai akidah dan akhlak santri-santriwati di lembaga pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan yang ada di TPQ AL-KHAIRAT hingga pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Oleh karena itu, penting bagi Santri-santriwati agar dibimbing dengan nilainilai rohani melalui model tasawuf dalam aktivitas pembelajaran seperti; cara tutur kata yang baik, berpakaian yang baik, teramsuk tentang yang etika bergaul dengan baik. Santri-santriwati ditanamkan sifatsifat yang paripurna, seperti nilainilai Selalu membumikan alQur’an setiap harinya, Keseharianya memakai sarung dan topi, Keseharianya memanfatkan membaca buku, Selalu dekat dengan masjid untuk beribadah kepada Allah SWT, Sabar dalam segala aspek kehidupan, Ketika ia sakit selalu mengucapkan kalimat-kalimat toyyibah, Konsisten melaksanakan ibadah sholat walaupun dalam keadaan sakit, Selalu berhati-hati dalam berucap dan berbuat. Agar santri-santriwati dapat membedakan mana model tasawuf ijma ulama dan mana tasawuf dolalah serta dapat memiliki nilainilai rohani maka harus ditanamkan kedalam jiwa santri-santriwati tersebut dan menjaga keharmonisan antara guru ngaji dengan santri maupun orang tua peserta didik dilingkup pendidikan. |
| ALIRAN- ALIRAN DALAM TASAWUF | Author : Leni Andariati | Abstract | Full Text | Abstract :Perjalanan tasawuf dari awal kemunculannya hingga hari ini telah mengalami berbagai fase. Hal ini menunjukkan bahwa tasawuf bukanlah sesuatu yang usang, karena ia mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zamannya tanpa menghilangkan makna esensialnya. Artikel ini melihat bagaimana fase-fase perkembangan dalam tasawuf tersebut dari awal kemunculannya hingga hari ini, selain itu juga membahas aliran-aliran yang ada di dalamnya. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, di mana sumber-sumbernya diperoleh dari berbagai buku, artikle, dan jurnal yang sesuai dengan objek penelitian. Penelitian ini menemukan bahwa tasawuf berkembang melalui lima fase, yaitu fase pembentukan, pengembangan, konsolidasi, falsafi, dan fase pemurnian. Setiap fase memiliki tokohnya sendiri-sendiri, sehingga dari masing-masing tokoh mempunyai corak yang berbeda-beda. Adanya perbedaan tersebut melahirkan dua aliran dalam tasawuf, yaitu aliran tasawuf semi-falsafi yang menjadi tasawuf falsafi dan tasawuf sunni. Tasawuf semi-falsafi (falsafi) ditandai dengan syathahiyat, di mana seorang sufi mengalami kemabukan spiritual atau ekstase. Sedangkan sufi dalam tasawuf sunni berada dalam keadaan sadar atau tidak mengalami ekstase. |
| MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF MATEMATIKA TEMA OPERASI HITUNGAN DENGAN PENDEKATAN BAYANI, BURHANI, IRFANI | Author : Jamiin dan Zumratun | Abstract | Full Text | Abstract :Berbicara masalah tematik integratif, maka tidak terlepas dari kurikulum 2013. Dikatakan demikian karena isi atau muatan pelajaran dalam penyajian di kelas sudah dipoles menjadi satu dalam sebuah tema yang mana dalam tema tersebut terdapat beberapa mata pelajaran yang sudah terintegrasi dan salah satunya adalah integrasi Agama dengan Matematika. Gagasan integrasi nilai-nilai agama dan umum ini bukanlah sebuah wacana untuk meraih simpatik akademik, melainkan sebuah kebutuhan mendesak yang harus dijalankan sebagai pedoman pendidikan yang ada, mengingat pendidikan selama ini dipengaruhi oleh dualisme yang kental antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Selain itu, degradasi nilai etika, moral dan karakter peserta didik juga menjadikan sebuah keharusan bagi sebuah lembaga agar terus mengajarkan kepada seluruh peserta didik tentang nilai (value) tanpa mengenyampingkan pelajaran umum. Sehingga dengan menghadirkan pengintegrasian mata pelajaran agama dan mata pelajaran umum (matematika), diharapkan semua peserta didik agar memiliki nilai karakter dalam diri pribadi mereka. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa implementasi pendidikan Islami mendapat porsi yang strategi dalam melengkapi kurikulum pendidikan umum. Artinya, proses pembelajaran antara pendidikan umum dan agama menjadi proses utama dalam menciptakan sumber daya manusia yang berwawasan imtaq dan iptek, sehingga nilai-nilai tambah yang didapatkan peserta didik dengan diterapkannya pembelajaran yang berwawasan Islami yang tentunya mengarah pada penanaman moral, akhlak, dan perilaku peserta didik yang lebih baik. |
| KLASIFIKASI AYAT-AYAT AL-QUR’AN YANG MEMUAT KONSEP OPERASI BILANGAN SERTA INTEGRANYA DENGAN AGAMA ISLAM | Author : Imam Setiadi Putra | Abstract | Full Text | Abstract :Perkembangan ilmu matematika tidak terlepas dari peran kitab-kitab yang diwahyukan kepada rasul-rasul Allah SWT terutama kita suci Al-Qur’an. Munculnya Al- Qur’an telah mengubah seluruh tatanan hidup umat manusia, sehingga manusia lebih berkembang dan maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan banyak tokoh-tokoh islam yang berperan dalam perkembangan ilmu matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan ayat-ayat alqur’an yang memuat operasi bilangan serta integrasinya dengan agama islam. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi literatur. Literature yang digunakan merupakan hasil dari berbagai tulisan skripsi, artikel serta ayat Al-Qur’an. Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian dikumpulkan, dianalisis dan disajikan sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian ini yaitu klasifikasi ayat-ayat alqur’an yang memuat konsep opereasi bilangan yaitu 1) Operasi Penjumlahan terdapat pada Q.S. Al Baqarah (2): 196 dan 234, Q.S. Al A’raf (7): 142 dan Q.S. Al Kahf (8): 25; 2) Operasi Pengurangan terdapat pada Q.S. Al Qasas (28): 27, Q.S. Al Ankabut (29): 14 dan Q.S. Al Muzzammil (73) 3-4; 3) Operasi perkalian tedapat pada Q.S. Al Baqarah (2): 261 dan 4) Operasi pembagian terdapat pada Q.S. Al Muzzammil (73): 20. Integrasi Operasi bilangan dengan agama islam terdapat pada sikap kejujuran, sikap sederhana dan sikap adil |
| GURU IDEAL DALAM PENDIDIKAN ISLAM | Author : Idhar | Abstract | Full Text | Abstract :Artikel ini membahas tentang guru ideal dalam pendidikan Islam, pada hakikatnya merupakan kompetensi professional seorang guru. Dalam membimbing dan mendidik peserta didiknya menjadi manusia yang berilmu, beriman dan berakhlak mulia, sehingga mereka bisa menjadi sukses dunia dan akherat. Kompetensi guru ideal dalam Islam merupakan paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang beriman, berilmu serta professional dalam menjalankannya. Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti harus dilakukan secara benar. Hal ini hanya mungkin dilakukan oleh orang yang ahlinya. Apapun jenis profesi yang disandang, hendaknya dilakukan dengan profesional. Guru ideal dalam pendidikan Islam menurut persepektif al-Quran sesungguhnya diambilkan dari adanya pendapat mufasir yang memberikan penekanan paling tidak terdapat empat surat di dalam al-Qur’an yang membicarakan tipe seorang guru yang ideal dalam mendidik. Ideal dalam ilmu dan kemampuan, sikap, metode dan sebagainya. Dari sinilah yang dapat ditarik pemahaman bahwa guru ideal dalam pendidikan Islam yaitu menekankan pada seorang guru untuk melakukan pekerjaan sebagai pendidik dilakukan secara ideal. |
|
|